Ratusan Umat Hindu Probolinggo Gelar Upacara Dharma Santi

1339

Kanigaran (wartabromo.com) – Ratusan umat Hindu di Kota Probolinggo melalukan Dharma Santi, pada Minggu (30/4/2017) di Pasraman Dharma Santi di jalan Gubernur Suryo no 9 Kelurahan Tisnonegaran, Kecamatan Kanigaran. Acara ini merupakan rangkaian terakhir dalam perayaan Hari Raya Nyepi pada 28 Maret lalu.

Menurut Sekretaris Perhimpunan Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kota Probolinggo I Nyoman Harayasa, Dharma Santi selalu dilaksanakan setelah perayaan Nyepi, maksimal satu bulan setelahnya. Acara ini menurutnya adalah ajang silaturrahmi bagi umat Hindu. Tak ada ritual khusus yang dilaksanakan pada acara ini, selain pagelaran kesenian dan Dharmo Wecano.

“Kalau dalam Islam itu ada halal-bihalal setelah lebaran, maka di kami ada Dharma Santi. Tujuannya untuk mempererat tali persaudaraan diantara umat. Serta memperkaya keimanan dengan mendengarkan Dharmo Wecano dari pemuka agama,” ujarnya.

Baca Juga :   Tak Miliki Surat Nikah, 9 Pasangan Ini Diamankan di Bromo Indah

IMG-20170430-WA0115

Pria yang menjabat sebagai KBO Satlantas Polres Probolinggo ini, mengatakan, selain dihadiri oleh umat Hindu di Kota Probolinggo, Dharma Santi ini juga dihadiri umat Hindu yang berada di Kabupaten Probolinggo. Seperti umat dari Kecamatan Kraksaan dan Paiton maupun umat Hindu Suku Tengger yang mendiami lereng Gunung Bromo. “Ya kami saling mengunjungi atau mendatangi ketika ada acara keagamaan yang diselenggarakan,” tuturnya.

Sementara itu, Sekretaris PHDI Jawa Timur Miswanto, dalam Dharmo Wecano atau ceramah agama yang disampaikannya, menekankan pada keutuhan NKRI. Ia menuturkan setiap agama pasti punya pembenaran bagi agamanya itu sendiri, baik agama Islam, Kristen, Katolik, Budha, Konghucu maupun agama Hindu. Namun, kebenaran agama itu tidak perlu dipertentangkan dalam menjaga kebhinekaan dan berbangsa.

Baca Juga :   Letusan-letusan Kecil Mulai Terjadi di Bromo, Disertai Sinar Api

“Kita tidak perlu mendebatkan kebenaran agama dengan penganut agama lain. Karena jika itu diperdebatkan, maka akan membuat runcing kebenaran itu untuk dipertentangkan. Sehingga akan menimbulkan kesalahan atau menyalahkan masing-masing agama itu. Hal itu yang akan membawa pada kehancuran NKRI,” ungkap dosen STAH Santika Dharma Malang ini. (fng/saw)