Berjuang Sembuh, Korban Limbah Rela Antri Obat Meski di Atas Ranjang

1105

 

Bangil (wartabromo.com) – Mustofa (31), satu korban limbah di sekitar kawasan AURI, Raci, harus berpeluh menahan rasa sakit di atas ranjang, saat antri untuk mendapatkan obat di RS Bangil, Senin (18/9/2017) siang. Warga Kalipanjang (Balepanjang) RT 10/RW 10, Desa Pandean, Kecamatan Rembang, Kabupaten Pasuruan tersebut, saat ini harus mendapatkan perawatan jalan setelah 6 hari berada di rumah sakit.

Pemandangan di depan ruang Pelayanan Farmasi siang itu terlihat mencolok mata. Pasalnya tidak biasanya seorang pasien berada di atas ranjang turut antri agar mendapatkan obat.

Adalah Mustofa yang terbaring lemah tak berdaya. Kedua tangan dan kaki Pemuda yang sehari-hari bekerja di SPBU Cangkringmalang, Beji itu, terlihat dibalut perban.

Ia disebut mengalami luka bakar, gara-gara terjerembab di tempat pembuangan limbah diduga batubara di sekitar kawasan AURI Raci.

Sesekali Salamun (60), ayahanda Musthofa, meninggalkan sendirian, karena harus masuk ke ruang pelayanan farmasi untuk mengecek antrian obatnya. Sementara, Mustofa terus memejamkan mata, rela menunggu antrian panjang pelayanan farmasi.

Baca Juga :   Ngeri! Setiap Hari Siswa SD Belajar di Bawah Plafon Reot

Kepada wartabromo.com, Salamun bercerita, anak pertamanya itu, saat ini harus mendapatkan perawatan jalan setelah enam hari menginap di RS Bangil untuk mengobati luka bakar yang dideritanya.

Dijelaskan sebelumnya, Mustofa terperosok pada Sabtu (9/9/2017) lalu, sekitar pukul 15.00 WIB.

“Anak saya empat, Mustofa yang mbarep (pertama). Waktu itu sudah sore, jalan kaki hendak pulang setelah mencari burung,” ujar Salamun.

Namun, tiba-tiba ia terpeleset hingga seperti terjungkal di jalanan tanah setapak itu. Kedua kaki tenggelam di atas tanah gembur dan kedua tangannya juga mencoba menahan tubuh agar tidak kian tenggelam di tanah mirip lumpur itu.

Dikatakan oleh Salamun, seketika anaknya waktu itu merasa kesakitan. Sebab tanah yang menutup kedua kaki dan mengenai tangan Mustofa dirasa sangat panas.

Baca Juga :   Melihat Kartini Modern Bersih-bersih Gunung

Dengan menahan sakit, Mustofa kemudian berhasil keluar dari kubangan dan langsung pulang.

“Saya kaget, lha kaki dan tangannya ngelupas (melepuh) mutih dan merah, kaya habis kebakar,” tambahnya.

Bersama kerabat lain, Salamun langsung membawa Mustofa ke rumah sakit Bangil untuk segera mendapatkan pertolongan medis.

Peristiwa tersebut kemudian dilaporkan ke salah satu perangkat desa hingga kemudian kepala desa mengetahui terdapat seorang warganya terluka di tempat pembuangan limbah.

Lantaran termasuk di kawasan AURI, ayah Mustofa bersama pihak desa mendatangi pihak AURI untuk mendapatkan pertanggungjawaban.

“Setelah itu, beberapa hari kemudian, saya diberi amplop berisi uang Rp 500 ribu,” kata Salamun.

Uang santunan tersebut ia terima dan habis digunakan sebagai biaya akomodasi selama Mustofa dirawat di rumah sakit.

Baca Juga :   Demi Baju Baru, Pelajar ini Nekat Nyolong Kotak Amal Masjid

Beruntung, ia mendapat fasilitas asuransi BPJS kesehatan, sehingga beban pengobatan anaknya hampir sepenuhnya tertanggung.

Hanya saja, ia saat ini merasa kasihan dengan penderitaan anaknya. Meskipun sudah dirawat, sampai saat ini, luka tersebut kerap menimbulkan rasa panas dan ngilu.

Ia pun mengaku pasrah saja, walaupun tetap berusaha keras agar anak yang selama ini cukup banyak membantu perekonomian keluarganya ini, dapat segera sembuh dan bekerja kembali.

“Yang penting anak saya cepat sembuh, biar bisa membantu keluarga lagi. Lha gimana saya kerja serabutan, baik buruh tani atau cari-cari kepiting ke tambak,” pungkasnya.

Diwartakan Selama tiga pekan terakhir, lima warga Pasuruan, disebut-sebut mengalami luka bakar pada bagian kakinya. Mereka terluka setelah terperosok di sebuah lahan diduga tempat pembuangan limbah batubara di sekitar lapangan tembak kawasan AURI Raci, Kabupaten Pasuruan.