Grojokan Sewu Sinergi Menjaga Kelestarian Kaki Gunung Welirang

1205

Prigen (wartabromo.com) – Segernya alam pegunungan dengan pepohonan yang rindang merupakan anugerah terindah ciptaan tuhan terutama bagi warga yang tinggal di lereng gunung. Namun, jika kondisi hutan gundul dan kering maka suasana alam pegunungan akan menjadi petaka bagi warga yang tinggal di sekitarnya.

Semangat tersebut menjadikan warga yang tinggal di kaki gunung welirang untuk bergerak menjaga kelestarian hutan. Melalui Yayasan Grojokan Sewu Kelurahan Pecalukan Kecamatan Prigen, warga dan sejumlah pegiat lingkungan secara terus menerus mulai dari pembibitan, penanaman serta menjaga dan memelihara pepohonan di lereng kaki gunung welirang.

“Mereka adalah masyarakat yang tergugah kesadarannya karena menyadari bahwa Kaki Gunung Welirang adalah kantong resapan air yang sangat dibutuhkan warga,” kata Joko Cahyono, politisi sekaligus pegiat lingkungan seusai melepas tim relawan untuk melakukan giat penanaman, Rabu (24/1/2018).

Baca Juga :   Polisi Sambat, Arak-arakan Wali Kota Macetkan Pantura 5 Km

Menurutnya, semangat yang ditunjukkan oleh para pegiat Yayasan Grojokan Sewu mengugah dirinya untuk memberikan dukungan dan motivasi secara berkelanjutan selama 10 tahun terakhir.

“Aktifitas mereka sudah 10 Tahun ini berjalan, mereka saling bahu membahu dengan tokoh masyarakat dibawah pembinaan kita, mulai dari masih duduk di Komisi B sampai sekarang, ” tegas pria yang kini duduk sebagai Wakil Ketua DPRD Kabupaten Pasuruan tersebut.

Upaya yang terus menerus tanpa kenal lelah itu pun kini lambat laun mulai membuahkan hasil, lereng kaki welirang yang pernah terbakar mulai kembali pulih. Selain itu, aliran air yang acapkali kering kini mulai dikelola dengan baik melalui sistem HIPAM yang berbasis kekeluargaan.

Baca Juga :   Pencurian Kayu Milik Perhutani Digagalkan Polisi

Pengelolaan air HIPAM sudah bisa dimanfaatkan oleh masyarakat secara mandiri dan dikelola untuk memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana umum seperti mushola , Masjid , lembaga Pendidikan serta orang – orang yang tidak mampu.

“Komunitas ini sampai sekarang eksis karena pola kerja yang apa adanya dengan lebih mengedepankan kekeluargaan, ” pungkas Joko. (**/**)