Gurih Pedas Bawang “Egois” Watuwungkuk

1862
Kabupaten Probolinggo sejak lama dikenal sebagai penghasil bawang merah terbaik di Indonesia. Namun, di saat harga bawang merah anjlok, petani kelimpungan. Menyiasati itu, Petani Kelompok Wanita (PKW) Desa Watu Wungkuk, Kecamatan Dringu, berkreasi dengan mengolahnya menjadi camilan (makanan ringan) bawang egois.

Laporan H. Lailatuansyah, Probolinggo

BANYAK jalan menuju Roma. Begitulah istilah yang tepat bagi kiprah PKW Desa Watu Wungkuk. Pasa masa panen raya ini, hasil panen melimpah dan menyebabkan harga bawang terjun bebas. Oleh karenanya, mereka mengolahnya menjadi camilan agar bawang merah itu mempunyai nilai tambah.

Ya, dari pada membusuk, bawang tersebut kemudian diolah, dijadikan camilan bawang aneka rasa. Caranya, bawang merah yang sudah dibersihkan kemudian digoreng dalam minyak bersuhu tinggi. Setelah itu, diberi perasa pedas sesuai selera.

Untuk membedakan tingkat kepedasan, diberikan nama-nama unik. Yakni SUKA, SAYANG dan EGOIS. Suka untuk tingkat pedas biasa, Sayang untuk tingkat pedas sedang dan Egois untuk tingkat pedas paling tinggi.

Baca Juga :   Koran Online 20 Juli : Empat Desa Dibidik Kejaksaan, hingga Jukir Nakal diberhentikan

“Sengaja kami pilih sebutan semacam itu untuk menarik minat pembeli muda dan milenial. Selain pedas, ada juga rasa orisinil,” kata manager PKW Watuwungkuk, Nur Holimah.

Setiap hari, dibutuhkan bahan baku bawang merah sebanyak 8 kilogram. Menghasilkan sekitar 60 hingga 80 bungkus. Camilan bawang itu, dibungkus dalam kemasan 100 gram. Harganya bervariasi, mulai Rp 10 ribu untuk rasa orisinil, Rp 13 ribu untuk Suka, Rp 14 ribu untuk Sayang, dan rasa Egois seharga Rp 15 ribu.

Pemasarannya melalui getok tular dan online. Ternyata respon masyarakat sangat positif. Sebulan bisa laku sekitar 50 paket pengiriman. Pembelinya rata-rata pemilik gerai kuliner. Dalam sebulan, bisnis rumahan ini mampu meraup omset hingga Rp. 8 juta.

“Namun terkadang, omset tersebut tak selalu tercapai. Masih tergantung pada pesanan yang masuk dari para pelangggan,” tuturnya.

Baca Juga :   Ditabrak Truk, Penumpang Mobil Mewah ini Dilaporkan Tewas

Selain tergantung pada jumlah pesanan, kelompok ini juga masih terkendala dengan tenaga kerja. Saat ini, pekerjanya baru 10 orang, itupun para janda yang bukan kategori usia produktif. Mereka berasal dari Dusun Sanggar.

“Karena memang dari awal, komitmen kami usaha ini mampu memberikan penghasilan lebih kepada warga sekitar. Yakni dengan memberikan lapangan pekerjaan di tengah sulitnya mencari lapangan pekerjaan. Terutama bagi para janda di sekitar kami,” ungkap Nur Holimah.

Kendati sudah berjalan, bukan berarti tidak ada masalah dalam usaha rumahan ini. Modal, masih menjadi kendala utamanya. Disusul upaya pemasaran, yang belum optimal. Hingga menyebabkan kurang berkembanganya usaha bawang goreng egois ini.

Karena itulah, butuh dukungan dan support dari pemkab setempat agar home industri ini bisa lancar. “Sangat butuh bantuan dari instansi terkait, untuk turut membantu memperkenalkan produk hasil kreatifitas kami. Agar setara atau bahkan lebih daripada produk serupa dari desa sebelah,” harap Holimah.
Sejauh ini, usaha dijalankan untuk bisa bertahan, di tengah murahnya harga bawang merah.

Baca Juga :   Ribuan Alumni Santri Sidogiri Gelar Gerak Batin Untuk NKRI

Semangat itulah, yang coba ditularkan ke masyarakat setempat, oleh Nur Holimah dan rekan – rekannya. Sehingga warga tidak lagi menjual bawang merah dalam bentuk sayur dengan harga sangat murah.

“Camilan dengan citarasanya yang gurih dan sedap, sangat cocok sebagai pendamping makan nasi atau sebagai tambahan olahan makanan lainnya. Kami yakin usaha ini akan berkembang pesay nantinya,” tandas Holimah.

Menurut Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Probolinggo, Ahmad Hasyim Asyari, salah satu program dari pihaknya yang digulirkan ke petani bawang selain dalam bentuk alat pertanian, juga berupa pelatihan-pelatihan. “Pelatihan itu bisa berupa pengolahan pasca produksi. Seperti menjadi camilan atau bawang goreng. Agar ada nilai tambah,” ujarnya. (*)