Siasat Dinas Pertanian Probolinggo saat Pupuk Non-Subsidi Tak Diminati

1733

Probolinggo (wartabromo.com) – Pupuk bersubsidi masih menjadi favorit di Kabupaten Probolinggo. Disebut miliki nilai tambah dan lebih tingkatkan produksi, pemerintah coba mendorong petani beralih, manfaatkan pupuk non-subsidi.

Data Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Probolinggo mengungkap, tahun ini pemakaian pupuk bersubsidi mencapai ton 83.039 per tahun. Rinciannya pupuk urea 43.442 ton, ZA 19.973 ton, Sp-36 sebanyak 4.065 ton, NPK 11.497 ton, dan organik 4.062 ton. Sementara penetrasi pupuk non-subsidi masih kecil dengan besarnya peluang besar.

“Pupuk bersubsidi masih mendominasi pasar. Karena itu kita mendorong petani untuk tidak bergantung pada pupuk bersubsidi dengan beralih pada pupuk non-subsidi. Terlebih bagi tanaman holtikultura. Mengingat Kabupaten Probolinggo salah satu sentra hortikultura di Jawa Timur,” kata Sekretaris DKPP, Darmawan, Kamis (17/7/2019).

Baca Juga :   Blokir Pupuk Petani Tosari - Tutur Dicabut

Upaya pengalihan ke pupuk non-subsidi juga coba diupayakan oleh PT Petrokimia Gresik (PG), selaku produsen pupuk. “Kalau pupuk bersubsidi kita mengikuti aturan pemerintah, apa yang harus kita salur ya kita salurkan. Namun yang kita tonjolkan hari ini adalah pupuk non-subsidi karena pupuk ini didesain khusus untuk holtikultura,” kata Direktur Utama PG Rahmad Pribadi saat berkunjung ke gerai pertanian Petromart milik PG di Kecamatan Sukapura.

Kabupaten Probolinggo, lanjut Rahmad, memiliki potensi pertanian yang besar. Lebih-lebih di kawasan Gunung Bromo yang terkenal subur dan menjadi salah satu sentra hortikultura di Jawa Timur. Sehingga perlu dukungan penuh melalui edukasi pertanian. Semisal melalui booth yang memperkenalkan aneka produk PG, cara aplikasi produk, konsultasi, serta layanan uji tanah gratis dengan menyediakan satu unit Mobil Uji Tanah.

Baca Juga :   Kuota Dikurangi, Pupuk Subsidi di Kabupaten Pasuruan Langka

“Petani bisa membawa sample tanahnya dan dapat mengetahui kondisi terkini tanah mereka. Setelah dilakukan uji tanah, petani akan memperoleh rekomendasi pemupukan yang tepat dan berimbang. Tujuannya agar lahan pertanian memiliki produktivitas optimal dan berkelanjutan,” kata Rahmad.

Selain edukasi pertanian, petani juga bisa mendapatkan pupuk non-subsidi dengan harga terjangkau melalui pasar murah. Petani bisa menebus produk non-subsidi melalui sistem tukar kupon seharga Rp250 ribu. Dari kupon ini, petani bisa mendapatkan satu sak pupuk NPK Phonska Plus (kemasan 25kg), satu sak pupuk NPK Petro Nitrat (kemasan 25kg), satu pak dekomposer Petro Gladiator (kemasan 1kg), dan satu pak pupuk hayati Petro Biofertil (kemasan 2kg). Total harga produk tersebut jika dibeli di kios berkisar pada harga Rp388 hingga Rp518 ribu. (saw/saw)