Kraksaan (wartabromo.com) – Pandemi corona berimbas pada sektor usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di Kabupaten Probolinggo. Agar tak kolaps, sejumlah pengrajin batik pun memutar usaha, beralih memroduksi masker batik.
Salah satunya adalah pengrajin bernama Mahrus Ali, pemilik Batik Ronggomukti. Sejak Covid-19 marak, pesanan batik khas Kabupaten Probolinggo miliknya seret. Dalam sebulan, tak sampai 10 helai batik yang dipesan pembeli. Padahal menjelang bulan puasa dan lebaran biasanya batiknya bakal laris.
Tak hanya kain, batik berupa pakaian jadi juga tidak laku. Padahal di tempatnya, ada belasan ibu-ibu rumah tangga yang menjadi karyawannya. Selain mitra kerja yang digandeng dalam memroduksi kain dan baju batik.
“Sangat terasa sekali bagi kami. Pesanan, baik lokal maupun luar kota, sangat minim,” ujarnya.
Agar tak kolaps dan memberhentikan karyawannya, Mahrus banting setir, yakni dengan memroduksi masker batik.
Ia menggunakan lembaran kain batik dengan motif sederhana sebagai bahan dasarnya. Sebelumnya, sehelai kain batik itu dijual seharga Rp150 ribu.
Kain Batik dengan ukuran 210 sentimeter kali 110 sentimeter itu, kemudian dipotong-potong menjadi bagian kecil. Dimodifikasi dan dijahit menjadi masker. Selanjutnya dijual antara Rp6.500 hingga Rp8.000 per helai masker batik.
Masker batik ini, mampu melindungi bagian mulut dan hidung dari butiran ludah (droplet) lawan bicara, selain debu yang beterbangan saat berkendara. Pemakaian masker batik juga fashionable.
“Jadi masker batik dapat disesuaikan dengam busana yang kita pakai. Style juga bagus. Serta mudah dipakai,” kata pria yang pengurus PC GP. Ansor Kota Kraksaan itu.
Dalam seminggu ini, sekitar 1.000 masker dipesan oleh warga Surabaya. Sedangkan pesanan lokal, lebih banyak lagi. “Kami juga bekerjasama dengan penjahit yang selama ini menjadi mitra kami. Usaha kami jalan, mereka juga jalan,” tandas warga Kelurahan Sidomukti, Kecamatan Kraksaan itu.
Alih fokus usaha itu, sejalan dengan program Pemkab Probolinggo yang mencanangkan 1 juta masker kain. Untuk mendukung anjuran pemakaian masker bagi warga ketika berada di luar rumah. Peluang itu, harus ditangkap pelaku UMKM. Apalagi warga Kabupaten Probolinggo sekitar 1,4 jita jiwa.
Kepala Diskominfo setempat, Yulius Christian mengatakan, pandemi corona ini, tentunya berdampak bagi UMKM. Gerakan sejuta masker itu, bisa menjadi peluang bagi UMKM memenuhi kebutuhan masker di Kabupaten Probolinggo.
“Dengan kebijakan itu, diharapkan tidak ada pengurangan tenaga kerja di sektor UMKM. Bupati telah memerintahkan Disnaker, Disperindag, dan camat untuk mendorong pengusaha konveksi, penjahit, dan pengrajin batik untuk memroduksi masker. Sehingga dalam pandemi corona ini, tidak terpengaruh,” tandas Yulius. (cho/saw)