Jadi Korban Tabrak Lari, Santri Paiton Dimakamkan di China

3340

Jakarta (wartabromo.com) – M Rendra Sampurna Wijayadi (21), Desa Sukodadi, Kecamatan Paiton, Kabupaten Probolinggo meninggal usai menjadi korban tabrak lari di Kota Xianyang, Provinsi Shaanxi, China. Almarhum dimakamkan secara Islami di kompleks pekuburan masjid setempat, Kamis siang, 7 Januari 2021.

“Pemakaman ini lebih cepat, karena kedua orang tua korban sudah menyetujui untuk dimakamkan secara Islami dan menerima tawaran imam masjid di Xianyang,” kata Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Beijing Yaya Sutarya sebagai mana dikutip dari kantor berita Antara.

Rendra yang merupakan alumni PP Mambaul Ulum, Paiton, meninggal dunia pada Selasa (5/1) sore di rumah sakit setempat. Akibat luka parah setelah ditabrak mobil pada 30 Desember 2020 dini hari. Selama 5 hari, mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan S1 Jurusan Teknik Elektronik di Shaanxi Polytechnic Institute, Xianyang itu, mendapat perawatan intensif.

Baca Juga :   Jelang Penetapan, 5 Desa Gelar Tes Tulis Bacakades

Kejadian malang itu, bermula saat Rendra bersama Faiq Iqbal Ainun Taufiq (20), teman sekampus, mencari makan. Setelah kedua pria asal Paiton itu, mengerjakan tugas-tugas kuliahnya pada 30 Desember 2020 dini hari.

Sekitar 100 meter dari gerbang kampus, datang mobil dari belakang. Mobil tersebut seharusnya berjalan di lajur kanan. Namun entah mengapa berpindah ke lajur kiri, tempat kedua mahasiswa itu berjalan kaki.

Mobil itu pun, menabrak keduanya. Rendra yang terlempar ke depan, tidak sadarkan diri pasca kepala membentur aspal dan kaki patah. Sedangkan Faiq terpelanting ke kiri dan hanya menderita luka ringan.

Pengemudi mobil bukan menolong kedua mahasiswa asal Indonesia itu, melainkan langsung tancap gas untuk melarikan diri. Saat dibawa ke rumah sakit, Rendra dalam keadaan kritis.

Pelaku baru tertangkap pada Jumat (1/1) dan langsung ditahan. Pelaku bersedia membayar biaya perawatan keduanya di rumah sakit sebesar 40.000 yuan (Rp86,3 juta) per hari atas perintah pihak kepolisian Xianyang.

Baca Juga :   Umbulan Banjir Pengunjung saat Liburan, hingga Aturan Pesta Pernikahan Kala New Normal | Koran Online 2 Juni

Sebelum dimakamkan di area masjid Xianyang, Hatim, orang tua korban, sempat meminta jenazah anaknya dibawa pulang. Namun, mengingat situasi pandemi, akhirnya Hatim bersedia menerima tawaran dari pihak masjid di Xianyang yang bersedia memberikan lahannya untuk pemakaman jenazah Rendra. Apalagi proses pengiriman jenazah ke Indonesia yang memakan waktu paling cepat tiga pekan.

“Rendra dimakamkan di kompleks pemakaman masjid. Di sana ada makam tokoh Islam dan warga Muslim setempat. Pihak masjid, mengajukan penawaran tersebut karena korban juga dikenal aktif beribadah di masjid itu bersama beberapa pelajar dari Indonesia lainnya,” sebut Yaya.

Selain itu, pihak rumah sakit dan pemerintah di Xianyang juga mengaku kesulitan mengurus jenazah warga negara asing. Karena peristiwa tersebut baru pertama kali terjadi dalam 40 tahun terakhir. Dimana 40 yang lalu pemerintah setempat pernah mendapati mahasiswa asing yang meninggal saat mendaki gunung.

Baca Juga :   Pemkab Probolinggo Mutasi Puluhan Pejabat

“Dan, baru kali ini ada kasus orang asing meninggal sehingga para staf rumah sakit dan pemerintah tidak punya pengalaman mengirimkan jenazah ke luar negeri. Pada saat itulah, muncul tawaran dari pihak masjid yang langsung kami sampaikan kepada orang tua Rendra,” terang Atdikbud.

Selanjutnya, pihak KBRI Beijing juga sedang mengurus hak-hak korban, termasuk asuransi. KBRI Beijing juga mengirimkan staf untuk persidangan kasus tersebut.

Di Shaanxi Polytechnic Institute terdapat lima mahasiswa asal Paiton yang semuanya mendapatkan program beasiswa parsial dari pihak kampus, termasuk Rendra dan Faiq. (saw/saw)