Pandemi dan Momentum Wujudkan Ketahanan Energi

1201

 

Laporan: Asad Asnawi

SEMPAT tertunda, pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro (PLTM) Kanzi I di Kaki Gunung Baung, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Pasuruan itu akhirnya kembali dilanjutkan. Beberapa pekerja pun terlihat sibuk. Mereka seolah berkejaran dengan waktu untuk menyelesaikan pembangkit yang dijadwalkan sudah bisa beroperasi tahun depan itu.

Pembangkit berkapasitas 2,5 MW itu hanya satu dari tiga pembangkit ramah lingkungan yang dibangun PLN saat ini. Dua pembangkit lainnya adalah PLTM Bayu di Banyuwangi dengan kapasitas 3,6 MW dan PLTM Sumberarum dengan kapasitas 3 MW.

Direktur PLN UID Jawa Timur, Adi Prayitno menyebut, pembangunan pembangkit itu sebagai upaya untuk mewujudkan bauran energi terbarukan sebesar 23 persen di 2025 mendatang. “Khusus dari PLTM Kanzy I ini, setidaknya 2-3 rumah bisa terlayani,” katanya.

Menyusul pembangunan tiga PLTM ini, dengan demikian, total 53 pembangkit listrik berbasis energi terbarukan dibangun di Jawa Timur, menurut data Dinas Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) setempat. Mulai dari tenaga air, Surya, hingga sampah dengan total kapasitas mencapai 320,59 MW.

Baca Juga :   Ngobrol Bareng Trio Kawan Penggagas Razia Perut Lapar

Kepala Bidang Energi Dinas ESDM Jatim, Oni Setiawan mengatakan, sejalan dengan pusat, Pemprov Jatim pun terus berupaya meningkatkan bauran energi terbarukan di wilayahnya. Bahkan, hingga 2050 mendatang, bauran energi terbarukan itu ditargetkan menjadi 19,56 persen dari capaian saat ini yang baru 3,28 persen.

Oni menjelaskan, Indonesia termasuk negara yang turut serta membangun komitmen mengurangi emisi karbon guna menekan dampak perubahan iklim akibat meningkatnya gas rumah kaca (GRK). Sebagaimana tertuang dalam Perjanjian Paris (Paris Agreement).
Salah satu upaya itu adalah meningkatkan pemanfaatan energi terbarukan untuk menggantikan energi fosil. “Skenario itu yang coba terus dibangun melalui peningkatan bauran energi terbarukan,” terangnya.

Guna mendukung rencana tersebut, Pemprov Jatim telah membentuk Peraturan Daerah (Perda) Nomor 6 Tahun 2019, serta Peraturan Gubernur (Pergub) Jatim tentang Rencana Umum Energi Daerah (RUED).

Baca Juga :   Menjaring Ilmu di Dermaga, Berekreasi Literasi

Jatim sendiri bukanlah satu-satunya provinsi di Indonesia yang telah mengakomodasi Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) ke dalam Perda. Berdasar data Dewan Energi Nasional (DEN), hingga tahun ini, tercatat 22 provinsi dari 34 provinsi di Indonesia telah memiliki Perda.

Ciptakan Banyak Pekerjaan Baru

Direktur Eksekutif Institute for Essentials Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa mengatakan, konversi energi mutlak dilakukan untuk mewujudkan Indonesia yang berketahanan di bidang energi. Sebab, ketergantungan pada energi fosil dinilai terlalu rentan terhadap ketahanan energi nasional di masa depan.

Contoh paling sederhana adalah minyak bumi. Menurut Fabby, terhitung sejak 2005, Indonesia mengimpor BBM guna menutup kebutuhan dalam negeri yang mencapai 1,4 juta barel per hari. Sementara, kapasitas produksi hanya 800 ribu barel per hari.

Baca Juga :   Layanan GoMed Bantu Selamatkan Pasien Isoman

Dari sisi keuangan negara, importasi BBM itu jelas merugikan karena banyak bergantung pada harga minyak dunia. “Saat harga naik, subsidi yang dikeluarkan juga akan semakin besar. Dan itu pasti berdampak pada keuangan negara,” kata Fabby.

Fabby mengakui, pada konteks pemenuhan kebutuhan, pemerintah telah mematok target produksi hingga 1 juta barel pada 2030 mendatang. Akan tetapi, hal itu dirasa belum cukup. Sebab, berdasar hitung-hitungannya, potensi cadangan minyak diperkirakan akan habis 15 tahun lagi.

Karena itu, menurut Fabby, konversi energi dari fosil ke terbarukan menjadi hal yang sangat penting. Bukan hanya dalam konteks membangun ketahanan energi nasional, tetapi juga sebagai komitmen pengurangan emisi karbon hingga nol emisi pada 2050 mendatang.