Probolinggo (WartaBromo.com) – Dalam upaya meningkatkan efisiensi dan kualitas pendidikan, Pemerintah Kabupaten Probolinggo berencana menggabungkan 24 Sekolah Dasar Negeri (SDN). Keputusan ini diambil karena jumlah peserta didik di sekolah-sekolah tersebut tidak memenuhi syarat minimum untuk satu kelas rombongan belajar (rombel).
Pj Bupati Probolinggo, Ugas Irwanto, menyatakan bahwa Disdikdaya telah diperintahkan untuk menggabungkan sekolah-sekolah yang kekurangan siswa. Sekolah-sekolah dengan hanya 30-40 siswa akan digabungkan demi penghematan dan optimalisasi sumber daya.
“Kita diminta BPK atau temuan BPK RI bahwa kekurangan guru. Sekolah-sekolah banyak yang rusak, jelas saja karena dana kita sedikit. Coba dipelajari ternyata banyak sekolah siswanya tidak ada. Kelas 1 sampai kelas 6, muridnya 30-40, buat apa? Dimerger saja,” ucap Ugas, Selasa (23/7)2024).
Dengan penggabungan sekolah ini, biaya operasional yang sebelumnya digunakan untuk dua sekolah kini dapat dialokasikan untuk satu sekolah saja, sehingga lebih efisien. Ugas juga menegaskan bahwa perubahan ini demi kepentingan masyarakat Kabupaten Probolinggo.
“Banyak hal kebijakan-kebijakan yang kita lakukan bersama, itu membuat tidak nyaman. Tetapi ini kepentingan masyarakat Kabupaten Probolinggo. Kita harus mau berubah,” tegas Ugas.
Sementara itu, Sri Agus Indaryati, Kepala Bidang Pembinaan Sekolah Dasar pada Disdikdaya Kabupaten Probolinggo, menambahkan bahwa merger ini dilakukan karena beberapa alasan. Termasuk jarak antar sekolah yang kurang dari dua kilometer dan jumlah siswa yang kurang dari 60.
“Bayangkan jika satu guru hanya mengajar tiga siswa. Gaji yang dibayar pemerintah tidak sebanding dengan jumlah siswa yang diajar. Dengan merger, guru dapat mengajar hingga 28 siswa dalam satu kelas, sesuai standar maksimal,” kata Sri Agus.
Sri Agus juga mengungkapkan bahwa beberapa sekolah hanya memiliki sedikit siswa baru, sementara sekolah lain kekurangan guru. Oleh karena itu, redistribusi guru juga menjadi salah satu tujuan dari merger ini.
“Dengan merger, kebutuhan akan bantuan pemerintah seperti rehabilitasi dan peralatan TIK juga berkurang. Jika sebelumnya dua sekolah membutuhkan bantuan, kini cukup satu sekolah saja,” tambahnya.
Merger ini akan melibatkan sekolah-sekolah di berbagai kecamatan, seperti Sukapura, Kraksaan, dan Sumber. Keputusan ini didasarkan pada survei dan usulan yang diajukan oleh Disdikdaya.
Sri Agus menekankan pentingnya sosialisasi terkait merger ini, mengingat pasti akan ada pro dan kontra. Namun, ia berharap langkah ini dapat segera terealisasi pada tahun ajaran baru 2024/2025, meskipun prosesnya tidak mudah dan membutuhkan banyak persiapan.
“Harapan kami, merger ini dapat meningkatkan kualitas pendidikan di Kabupaten Probolinggo dan memberikan manfaat lebih besar bagi siswa,” tutup Sri Agus. (saw)