Sukapura (WartaBromo.com) – Turis asal Spanyol, kepincut dengan merdunya suara gamelan ketika ritual Sodoran dalam perayaan Karo Suku Tengger sedang dihelat di Balai Desa Wonotoro, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo.
Rombongan turis berisi sekitar 6 orang ini, mendadak meminta sopir menghentikan laju mobil yang membawanya. Mereka kemudian masuk ke dalam area Balai Desa Wonotoro untuk melihat dari dekat.
Alunan suara gamelan yang mengiringi warga Tengger ketika Sodoran. Sodoran tahun ini, digelar di balai Desa Wonotoro.
Bertindak sebagai raja dan ratu dalam Sodoran adalah kepala desa Wonotoro dan Jetak. Sedangkan Kepala Desa Ngadisari, bertindak sebagai wali.
Rombongan keduanya bertemu terlebih dahulu di depan balai desa. lalu dilanjutkan dengan serangkaian persiapan.
Hingga masuk dalam fase tarian sodoran. Mula-mula hanya ada satu lelaki yang menari, kemudian berlanjut, sampai ada beberapa lelaki. Sodoran dalam kepercayaan Hindu Tengger, memiliki filosofi yang begitu mendalam.
Melambangkan cikal bakal terbentuknya masyarakat. yang bermula dari perkawinan antara dua manusia, atau dalam bahasa tengger, disebut karine wong loro, disingkat menjadi karo.
Tari Sodoran ini melambangkan awal mula pernikahan laki-laki dan perempuan, hingga memiliki anak dan membentuk masyarakat.
“Sangat indah sekali, kami datang beberapa hari yang lalu dan sangat takjub dengan kebudayaan Indonesia. Kami sudah menyaksikan upacara ini, sangat indah sekali dan sangat menarik,”kata Rocio dan Maria, dalam bahasa inggris, Rabu (21/08/2024).
Ya, setiap tahun, pelaksanaan ritual sodoran ini selalu menjadi magnet wisatawan. baik wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara.
Budaya asli warisan leluhur ini belum pernah mereka saksikan dalam pertunjukan teater. Kecuali, ketika datang langsung ke Bromo dan kebetulan ada momen perayaan Yadnya Karo seperti saat ini.
Selanjutnya, prosesi dilanjutkan dengan kedatangan rombongan wanita dan anak-anak. bersama-sama mereka masuk ke area sodoran dengan membawa rantang berisi makanan.
Hal ini melambangkan bahwa dalam kehidupan bermasyarakat, wanita dan anak-anak senantiasa mendukung lelaki, sebagai tulang punggung keluarga. yang bertugas mencari nafkah, rezeki dan bekerja.
“Ritual sodoran sendiri menjadi lambang hubungan harmonis. Antara manusia atau bhuana alit dengan bumi atau bhuana ageng, sebagai suatu kesatuan yang saling terkoneksi,”kata Kepala Desa Wonotoro, Sarwo Slamet.
Warisan budaya ini diharapkan bisa menjadi pengingat pada generasi muda, untuk terus menjaga dan melestarikan warisan budaya leluhur.
“Selain menjadi warisan budaya, kami tentunya berharap menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk berkunjung ke Kabupaten Probolinggo,” ujar Kepala Dispopar Kabupaten Probolinggo, Heri Mulyadi. (lai/Saw)