Tsunami PHK

0

Para karyawan di Jepang pantang pulang lebih awal dari atasan sebagai etika kerja. Menurut Mahmud Wicaksono, sistem outsourching seharusnya diterapkan di kantor-kantor yang pegawainya suka berada di warung kopi, swalayan dan arena sabung ayam saat jam kerja.

Oleh : Abdur Rozaq

Sebagai pengangguran terselubung, Mahmud Wicaksono seringkali bludrek setiap kali hari buruh diperingati. Sarjana tukang cukur itu memang menerima kutukan, menjadi semacam penyangga semesta, pemikir beban umat manusia. Ada perang di Ukraina, ia overthinking perang dunia ketiga sudah dimulai. Ada genosida di Palestina, ia marah kenapa dunia karena tidak berdaya mengintervensi Israel. Ada perang tarif Wak Trump, ia mengantisipasi krisis moneter 1997. Tapi khusus dalam masalah krisis ekonomi, Mahmud Wicaksono cukup terlatih. Karena semenjak orok hingga bisa membuahkan orok, krisis ekonomi berlangsung secara khusus buat dirinya. Pakistan dan India mau gelut, Mahmud Wicaksono mengutuk para teroris pelaku penembakan. Wabil khusus peringatan hari buruh kemarin, Mahmud Wicaksono bludrek misuhi sistem outshourching, buruh yang terus berdemo meminta kenaikan gaji dan ini-itu, ormas pengganggu pengusaha, demonstrasi-demonstrasi –konon—bayaran yang membuat para investor kabur serta persyaratan mencari pekerjaan yang lebih sulit daripada syarat masuk sorga.

Pada zaman bahula, memang pernah ditetapkan sistem outsourching yang dinilai lebih berpihak kepada investor dan pengusaha daripada kaum buruh. Namun jika dinalar secara jernih, Mahmud Wicaksono maklum jika loyalitas pada perusahaan memang diharuskan. Bahkan di Jepang, konon para karyawan rela pulang saat dini hari meski tak ada kewajiban lembur dan gaji tambahan. Para karyawan di Jepang pantang pulang lebih awal dari atasan sebagai etika kerja. Menurut Mahmud Wicaksono, sistem outsourching seharusnya diterapkan di kantor-kantor yang pegawainya suka berada di warung kopi, swalayan dan arena sabung ayam saat jam kerja.

Mungkin karena Mahmud Wicaksono tak pernah diterima saat melamar kerja di pabrik dan hingga kini ia belum pernah berhasil menjadi buruh dengan gaji UMR, ia beranggapan nasib para buruh jauh lebih baik daripada dirinya, para guru hononer dan guru ngaji, misalnya. Para karyawan tergolong masyarakat ekonomi mapan daripada sarjana tukang cukur sepertinya. Kenapa setiap kali hari buruh para karyawan berdemo meski gaji UMK selalu naik, hingga kini Mahmud Wicaksono heran. Bukankah tsunami PHK sedang terjadi, kenapa hari buruh selalu diperingati dengan demonstrasi?

Mahmud Wicaksono juga menyesal, kenapa mayoritas anak-anak petani tak sudi menjadi petani? Apakah karena harga hasil panen selalu di-setting oleh tengkulak atau karena harga bibit dan pupuk selalu tak masuk akal? Atau karena pejabat lebih serius merumuskan cara korupsi daripada mengembangkan teknologi di bidang pertanian? Menurut pengamat sosial bernama Mahmud Wicaksono yang selalu ngutang kopi dan rokok eceran itu, bidang pertanian merupakan bisnis paling menjanjikan, karena pangan merupakan kebutuhan paling krusial sepanjang sejarah. Kenapa kita memaksakan diri dengan industrialisasi, padahal kerusakan alam kita tanggung, sementara investor asing yang cuan? Pak Lik Elon Musk saja sudah berinvestasi di bisnis pangan, kita malah menjual sawah untuk beli mobil.

Mahmud Wicaksono juga merasa, orang di negaranya mulai menggemari jamiyah-jamiyah seperti triad, yakuza dan kartel. Makin hari kian subur ormas-ormas yang hobi menarik “retribusi” kepada para pengusaha, terutama pengusaha kecil pribumi. Saat hari raya mereka memaksa meminta THR, meski dicurigai sering mokel. Mereka juga terang-terangan mengancam para pengusaha yang tak taat membayar “uang keamanan”, seakan ini masih era perang Paregreg jelang runtuhnya Majapahit.

Di saat banyak negara di Asia Tenggara berebut investor asing dengan menyediakan bahan baku murah, upah seadanya, sumber daya alamnya rela dikeruk dan limbah industri dipersilahkan dibuang di mana saja, rakyat di negara Mahmud Wicaksono terus menakut-nakuti para investor asing dengan demonstrasi-demonstrasi dengan kode angka togel dan semacamnya. Demonstrasi terus berlangsung tak kenal musim, tanpa tuntutan jelas, mewakili sebagian kecil orang sampai menjadi profesi utama. Konon katanya, banyak juga demonstrasi-demonstrasi bayaran dengan honor lima puluh ribu dan nasi bungkus. Menurut netizen sih begitu. Entah benar entah tidak.

Mungkin, langkah Pak Lik Elon Musk yang uangnya tidak berseri yang apabila dibelikan kopi bisa menjadi tsunami itu bisa ditiru. Lahan pertanian tetap kita pisahkan dari area pemukiman. Pemukiman dibangun dalam bentuk rusun, sementara lahan pertanian kita jaga dan penduduk di usia produktif kembali terjun ke bidang pertanian. Tak masalah kulit tidak glowing asal jam kerja bisa diatur sendiri. Kita maklumi penghasilan tidak tetap asal jika panen bagus tiba-tiba menjadi jutawan. Namun, itu semua juga harus dibarengi dengan langkah nyata menjadikan para mafia impor pangan, penimbun pupuk dan pemonopoli harga hasil panen sebagai sasaran regu tembak. Jika tidak, hayalan Mahmud Wicaksono ini sebatas mimpi basah semata.

Mahmud Wicaksono kaget ketika Cak Soleh misuh-misuh karena rambutnya dipangkas plontos.

“Cak, aku tadi kan minta model cukur rambut mohawk? Kok dicukur gundul dua senti cak?” Mahmud Wicaksono berkeringat dingin karena ia telah melakukan kesalahan fatal. Kalau soal dipisuhi Cak Soleh tukang las sih tak seberapa. Takutnya, Cak Soleh woro-woro kalau pelayanan di lapak cukur rambut Mahmud Wicaksono ngawur seperti wakil rakyat jelata saat memutuskan undang-undang.

* Hanya fiksi semata, jika ada kesamaan nama dan peristiwa, hanya kebetulan. Tulisan ini bukan bermaksud mendiskreditkan siapapun. Hanya urun rembug bagi dunia buruh. Selamat Hari Buruh 2025.

Website with WhatsApp Message
Follow Official WhatsApp Channel WARTABROMO untuk mendapatkan update terkini berita di sekitar anda. Klik disini.