Probolinggo (WartaBromo.com) — Pemeriksaan kesehatan hewan kurban oleh Dinas Pertanian (Diperta) Kabupaten Probolinggo pada Idul Adha 1446 Hijriah mengungkap temuan penting: seekor ternak positif terinfeksi cacing hati dari genus Fasciola, yang dikenal sebagai cacing pipa.
Temuan ini memperingatkan publik soal bahaya penyakit fasciolosis, infeksi parasit yang dapat menular ke manusia melalui daging atau hati hewan yang tidak dimasak sempurna.
Kasus tersebut ditemukan di Kecamatan Pajarakan saat tim kesehatan hewan Diperta melakukan inspeksi di lokasi pemotongan sementara.
Kepala Bidang Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner, drh. Nikolas Nuryulianto, menyebut infeksi disebabkan oleh kelalaian dalam pemberian obat cacing secara berkala.
“Cacing yang kami temukan termasuk dalam genus Fasciola, parasit trematoda yang menyerang hati dan saluran empedu ternak. Jika tidak dicegah, ini bisa mengancam produktivitas hewan dan kesehatan konsumen,” kata Nikolas, Jumat, 6 Juni 2025.
Fasciolosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Fasciola hepatica atau Fasciola gigantica. Parasit ini biasanya berkembang di saluran pencernaan ternak ruminansia seperti sapi dan kambing, lalu bermigrasi ke hati dan saluran empedu.
Gejala klinisnya bisa berupa kehilangan nafsu makan, diare, anemia, dan pada kasus kronis—kerusakan hati yang parah. Meski jarang terjadi, infeksi ini dapat menular ke manusia melalui konsumsi hati atau daging mentah yang terkontaminasi larva cacing.
Oleh karena itu, kata Nikolas, penting bagi masyarakat untuk mengolah daging dengan benar dan memastikan asal hewan kurban dalam kondisi sehat.
Total 1.178 ekor hewan kurban telah dipotong pada hari pertama Idul Adha di 126 titik pemotongan. Terdiri dari 255 sapi, 151 kambing, dan 772 domba. Hewan-hewan ini disuplai dari tujuh titik penjualan hewan kurban sementara yang tersebar di berbagai kecamatan.
Sebanyak 85 personel dikerahkan Diperta untuk melakukan pengawasan, mulai dari dokter hewan, koordinator kecamatan, hingga tenaga swadaya bidang peternakan. Selain kesehatan hewan, tim juga menilai kebersihan lokasi pemotongan, sanitasi peralatan, hingga proses distribusi daging.
“Kami menilai tidak hanya kesehatan ternaknya, tetapi juga prosedur penyembelihan, pengolahan, dan distribusinya. Tujuannya agar tidak ada risiko penularan penyakit ke manusia,” kata Nikolas.
Diperta mengimbau peternak untuk melakukan cacingisasi secara rutin, minimal dua kali setahun, terutama di wilayah endemis. Pemerintah daerah juga tengah menyusun pedoman teknis pengendalian fasciolosis, termasuk edukasi peternak dan pemeriksaan berkala di pasar hewan.
“Cacing hati sering luput dari perhatian, padahal dampaknya bisa serius. Pemeriksaan berkala, pembersihan kandang, dan pemberian obat cacing sangat penting,” tegas Nikolas.
Langkah proaktif ini, menurutnya, merupakan bentuk komitmen Pemkab Probolinggo untuk menjamin keamanan pangan hewani. Ia berharap praktik peternakan yang sehat menjadi budaya, bukan sekadar rutinitas menjelang Idul Adha. (saw)