Tradisi Malam Satu Suro, Kenapa Harus Makan Tumpeng, Kue Apem, dan Ayam Ingkung?

16

Pasuruan (WartaBromo.com) – Malam Satu Suro merupakan momen penting dalam budaya Jawa, yang jatuh pada malam pergantian tahun baru Hijriyah atau 1 Muharram. Lebih dari sekadar penanda waktu, malam ini sarat dengan nilai spiritual dan budaya.

Banyak masyarakat Jawa memperingatinya dengan ritual hening, tirakat, hingga menyajikan makanan-makanan tertentu yang penuh makna simbolis. Berikut beberapa makanan khas yang biasa dihidangkan di malam satu Suro, lengkap dengan maknanya:

1. Nasi Tumpeng

Nasi tumpeng adalah makanan utama yang hampir selalu hadir di berbagai upacara adat Jawa, termasuk malam satu Suro. Nasi yang dibentuk menyerupai kerucut ini melambangkan hubungan vertikal antara manusia dan Tuhan.

Tumpeng disajikan bersama lauk pauk seperti urap, tempe, telur, ayam, dan ikan. Komposisinya bukan sembarang pilihan, karena masing-masing melambangkan nilai kehidupan. Diantaranya kebersamaan, kesabaran, keberanian, dan keseimbangan antara duniawi dan spiritual.

2. Kue Apem

Kue apem sering disajikan sebagai simbol permohonan ampun kepada Tuhan. Nama apem berasal dari kata afwan dalam bahasa Arab, yang berarti “maaf”. Oleh karena itu, tradisi membuat atau membagikan kue apem menjadi bentuk nyata harapan akan pengampunan dan keberkahan di tahun baru yang dimulai dari malam satu Suro.

Biasanya, kue ini dibuat dari tepung beras, santan, dan tape, lalu dikukus. Rasanya yang manis dan teksturnya yang lembut dianggap sebagai simbol harapan akan kehidupan yang lebih baik dan manis di masa mendatang.

3. Ayam Ingkung

Ayam ingkung adalah sajian ayam utuh yang dimasak dengan bumbu lengkap dan disajikan tanpa dipotong. Dalam tradisi Jawa, ayam ingkung digunakan sebagai bagian dari sesaji atau kenduri, terutama dalam acara spiritual seperti malam satu Suro.

Makna di balik ayam ingkung adalah permohonan perlindungan dan kekuatan. Posisi ayam utuh yang tertutup seakan menandakan kepasrahan dan ketundukan pada kehendak Ilahi. Biasanya, ayam ini disantap bersama nasi tumpeng dalam ritual bersama keluarga atau komunitas.

Nah, makanan-makanan yang disajikan di malam satu Suro bukan hanya untuk konsumsi fisik, tetapi juga sebagai media refleksi dan spiritualitas. Melalui makanan, masyarakat Jawa merenungkan nilai kehidupan, membersihkan batin, dan menguatkan hubungan dengan Tuhan serta sesama manusia. (jun)

Website with WhatsApp Message
Follow Official WhatsApp Channel WARTABROMO untuk mendapatkan update terkini berita di sekitar anda. Klik disini.