Kiamat Pabrik Rokok

13

Sebenarnya saya curiga, jangan-jangan kampanye anti rokok ini propaganda asing untuk mengalahkan petani tembakau kita, gus.

Oleh: Abdur Rozaq
Kian hari, peredaran rokok ilegal makin marak. Para pengunjung warung kopi Cak Sueb, hampir sembilan puluh persen membeli rokok yang dilarang pemerintah itu. Jangankan Mahmud Wicaksono yang pengangguran, Pak Carik dan Cak Paijo LSM saja, sekarang mulai membeli rokok ilegal.

Harga rokok memang semakin mahal. Apalagi rokok filter. Akibatnya, banyak orang yang terlanjur kecanduan nikotin, harus putar otak. Sakau nikotin harus tetap terpenuhi, namun kantong harus tetap aman. Dulu uang untuk beli beras bersaing dengan uang rokok. Lha sekarang, pilihannya hanya dua. Sekeluarga kelaparan karena tak punya beras, atau memaksa beli rokok demi agar tidak seperti orang depresi karena tak punya rokok.

Menurut berita yang ditonton Mahmud Wicaksono di Youtube, pemerintah memang menaikkan cukai rokok hingga 65 persen. Artinya, dari pabrik harga rokok sebenarnya masih terjangkau, namun karena pemerintah “meminta jatah”, harga rokok jadi begitu mahal.

“Ini gara-gara pemerintah,” gerutu Cak Paijo LSM. “Saya juga baca berita, katanya para petani tak bisa menjual hasil panen tembakaunya. Bahkan, raksasa pabrik rokok di Kediri, sudah hampir bangkrut karena rakyat memilih membeli rokok ilegal. Ini kan, akan semakin memperbanyak angka pengangguran? Para petani tembakau kehilangan pekerjaan, karyawan pabrik rokok terancam PHK, malah sebaliknya, negara rugi karena pabrik rokok ilegal tak memberi pemasukan cukai.”

Mas Dodi yang sejak dulu mengharamkan rokok, tak terima dengan ucapan Cak Paijo LSM.

“Tembakau itu kencing setan, cak. Makanya rokok itu diharamkan,” ujarnya ceplas ceplos.

“Dalam hadits kan, tidak disebutkan secara langsung jika merokok itu haram? Saya lebih memilih madzhab rokok makruh, karena merokok bisa membuat saya cerdas,” balas Cak Paijo LSM tak mau kalah.

“Sesuatu itu dikatakan haram, kalau berbahaya secara langsung. Kalau rokok kan, tidak menimbulkan penyakit secara langsung setelah dihisap? Banyak kok, orang tidak merokok tapi terkena paru-paru, gagal jantung dan kena kanker. Orang kena kanker serviks dan kanker payudara juga bukan perokok,” ujar Cak Paijo LSM, tak memberi kesemptan kepada lawan bicaranya.

“Tapi cak, BPJS harus nomboki ratusan triliun untuk mengcover klaim penyakit yang disebabkan oleh rokok. Dan itu, jauh lebih besar dari pemasukan cukai rokok,” balas Mas Dodi tak kalah sengit.

“Lha kalau cukai rokok terus naik, sementara masyarakat sudah terlanjur ketagihan rokok, para karyawan pabrik rokok dan petani tembakau harus kehilangan pekerjaan, apa tidak semakin menimbulkan banyak masalah? Apalagi kalau ternyata uang cukai dikorupsi dan pabrik rokok ilegal malah tak memberikan apapun pada negara, apa tidak konyol?”

“Saya juga perokok, tapi setuju juga kalau kita sedikit demi sedikit mengurangi kecanduan rokok,” lerai Gus Karimun.

“Soal pabrik rokok gulung tikar, wong mereka sudah kaya. Pasti sudah memiliki aset lain apabila pabriknya benar-benar almarhum. Ribuan karyawan pabrik rokok yang terancam PHK, mungkin sudah waktunya membuka usaha sendiri. Kita ini kan, sudah terbiasa bertahan hidup dengan keadaan apapun. Jadi saya yakin, saudara-saudara karyawan pabrik rokok akan segera bangkit, andai benar-benar terkena PHK. Dan para petani tembakau, saya yakin mereka tahu harus menanam komoditas apa jika kelak tembakau benar-benar murah.”

“Tapi itu tak mudah, gus. Berhenti merokok juga tak mudah,” sahut Mahmud Wicaksono.

“Ya, memang begitu. Tapi demi hidup yang lebih sehat, kita harus mencobanya. Paling tidak, kita kurangi jumlah rokok yang kita hisap setiap hari. Kita ini kan, olah raga jarang, ngopi berkali-kali sehari. Ditambah merokok sampai berbatang-batang tiap hari, apa tidak memperburuk kesehatan?”

“Sebenarnya saya curiga, jangan-jangan kampanye anti rokok ini propaganda asing untuk mengalahkan petani tembakau kita, gus. Kita ditakut-takuti agar tidak merokok, mereka malah memproduksi cerutu yang lebih gawat nikotinnya. Apa ini bukan perang dagang?” Ujar Mahmud Wicaksono.

“Bisa juga sih. Tapi kan, saat bulan Ramadhan nafas kita lebih enteng karena seharin tidak merokok?”

“ Apalagi kalau merokok dalam rumah. Ada balita, ada istri, ada orang tua. Sampeyan kan tahu kalau udara terasa pengap? Bagi perokok aktif sih tidak terasa karena sudah terbiasa.”

“Soal uang cukai rokok dikorupsi oleh entah siapa, itu bukan kewenangan kita. Tapi mendukung produksi rokok ilegal yang merugikan negara sekaligus petani tembakau, hanya karena kita ingin membeli rokok murah, kan egois namanya?”

“Saya sejak dulu mengurangi rokok, gus,” celetuk Cak Manap. “Saya bakar satu persatu biar lekas habis.” Seisi warung ngakak kecuali Mas Dodi.

*Hanya fiksi semata, jika ada kesamaan nama dan peristiwa, hanya kebetulan.

Website with WhatsApp Message
Follow Official WhatsApp Channel WARTABROMO untuk mendapatkan update terkini berita di sekitar anda. Klik disini.