Mengenal Asal Usul Nama Kota Probolinggo, Kota Strategis di Jalur Pantura Jawa Timur

18

Pasuruan (WartaBromo.com) – Probolinggo adalah salah satu kota penting di jalur Pantai Utara Jawa Timur yang memiliki peran vital dalam konektivitas antara Pulau Jawa dan Bali. Selain letaknya yang strategis, kota ini juga memiliki sejarah asal-usul namanya yang tidak banyak diketahui masyarakat.

Nama Probolinggo tidak bisa dilepaskan dari perjalanan sejarah panjang Kecamatan Sumberasih. Dahulu, wilayah ini dikenal dengan sebutan Banger, nama yang diambil dari sungai yang mengalir di kawasan tersebut.

Dilansir dari berbagai sumber, pada masa pemerintahan Prabu Radjasanagara atau Sri Nata Hayam Wuruk dari Kerajaan Majapahit (1350–1389), Banger merupakan sebuah pedukuhan kecil di bawah otoritas Akuwu Sukodono.

Nama Banger bahkan tercatat dalam kitab Negarakertagama karya pujangga Majapahit, Prapanca. Seiring waktu, wilayah ini berkembang menjadi sebuah Pakuwon.

Namun, situasi politik berubah saat Bre Wirabumi (Minakjinggo), penguasa Blambangan, mengambil alih kekuasaan di wilayah tersebut dan memicu konflik dengan Prabu Wikramawardhana. Peristiwa ini dikenal dalam sejarah sebagai Perang Paregreg,  yakni perang saudara besar di masa akhir Majapahit.

Pada tahun 1743, VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) mulai menguasai wilayah di sebelah timur Pasuruan, termasuk Banger. VOC kemudian mengangkat Kyai Djojolelono sebagai Bupati Banger pertama pada 1746 dengan gelar Tumenggung.

Namun, Djojolelono dikenal menentang taktik devide et impera atau politik adu domba VOC. Akibatnya, ia mengundurkan diri pada 1768 dan memilih hidup sebagai lelono (pengembara).

Sebagai pengganti, VOC menunjuk Raden Tumenggung Djojonegoro. Konflik antara Djojolelono dan pemerintahan baru berlanjut hingga akhirnya Djojolelono ditangkap dan kemudian dimakamkan di pasarean “Sentono,” yang hingga kini masih dianggap keramat oleh masyarakat sekitar.

Di bawah kepemimpinan Tumenggung Djojonegoro, Banger mengalami kemajuan pesat. Pertumbuhan ekonomi meningkat, jumlah penduduk bertambah, dan masyarakat menjulukinya Kanjeng Djimat sebagai bentuk penghormatan atas kepemimpinannya.

Sekitar tahun 1770, Tumenggung Djojonegoro memutuskan mengganti nama Banger menjadi Probolinggo. Nama ini diambil dari kata “Probo” yang berarti sinar atau cahaya, dan “Linggo” yang berarti tugu, tongkat, atau simbol.

Secara harfiah, Probolinggo dapat diartikan sebagai “sinar yang berbentuk tugu atau tongkat,” yang dipercaya terinspirasi dari fenomena bintang jatuh atau meteor yang menjadi lambang kekuatan dan harapan. Sejak saat itu, nama Probolinggo resmi menjadi identitas dan terus digunakan hingga kini. (Jun)

Website with WhatsApp Message
Follow Official WhatsApp Channel WARTABROMO untuk mendapatkan update terkini berita di sekitar anda. Klik disini.