Probolinggo (WartaBromo.com) – Ironi besar terjadi di Jawa Timur. Kabupaten Probolinggo, penghasil tembakau nomor dua terbesar di provinsi ini, justru kalah jauh soal penerimaan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT) dibanding Kabupaten Pasuruan yang nyatanya bukan daerah tembakau.
Data terbaru mencatat, alokasi DBHCHT Pasuruan pada 2024 mencapai Rp372 miliar dan naik menjadi Rp437,5 miliar pada 2025. Sementara itu, Kabupaten Probolinggo hanya kebagian Rp84 miliar pada 2024 dan Rp100 miliar di 2025.
Bupati Probolinggo, dr. Mohammad Haris, geram melihat ketimpangan ini. Dengan lantang ia mengundang investor agar segera mendirikan pabrik rokok di wilayahnya.
“Pasuruan tidak punya tembakau, sementara Probolinggo penghasil nomor dua di Jatim. Tapi DBHCHT yang diterima kalah jauh. Timpang sekali,” tuturnya.
“Karena itu, kami membuka pintu selebar-lebarnya bagi investor untuk membangun pabrik rokok di sini. Kami pastikan perizinannya dipermudah, asal sesuai aturan,” tegasnya.
Langkah Pemkab Probolinggo ternyata sudah menarik perhatian investor asing.
Baru-baru ini, delegasi investor asal Tiongkok yang difasilitasi Ketua BPKN RI, Dr. Muhammad Mufti Mubarok, meninjau langsung Kawasan Industri Hasil Tembakau (KIHT) di Desa Sumberrejo, Kecamatan Paiton.
Mereka bahkan menyatakan ketertarikan untuk memproduksi rokok khas China di Bumi Rengganis.
Namun Bupati yang akrab disapa Gus Haris itu menegaskan, kunci utama agar investor betah adalah suasana daerah yang kondusif.
“Kami sudah datangkan investor dari Cina, Jepang, hingga Australia. Tapi kalau situasi di lapangan tidak aman, mereka bisa batal. Itu jelas merugikan masyarakat karena peluang kerja ikut lenyap,” ujarnya mengingatkan.
Sementara itu, data Gabungan Pengusaha Rokok (Gapero) Probolinggo mengungkapkan fakta mencengangkan. Pada 2011–2016, tercatat ada 140 pabrik rokok lokal di Probolinggo.
Namun satu per satu gulung tikar, hingga akhir 2022 tersisa lima. Kini, di tahun 2025, hanya empat pabrik rokok lokal yang masih bertahan.
Di sisi lain, produksi tembakau Probolinggo justru terus melimpah. Tahun 2025 diproyeksikan mencapai 11.900 ton dengan luas tanam 9.917 hektare.
Produktivitasnya stabil di kisaran 1,2–1,4 ton per hektare, didominasi varietas unggulan Paiton VO.
Sayangnya, hasil panen itu masih kerap kesulitan terserap pasar karena minimnya serapan dari gudang besar seperti PT Gudang Garam.
Kondisi ini menambah keresahan petani, sekaligus memperkuat urgensi hadirnya industri rokok besar di Kabupaten Probolinggo. (saw)