Wonomerto (WartaBromo.com) – Di sebuah rumah sederhana milik Sulastri di Desa Sepuh Gembol, Kecamatan Wonomerto, Kabupaten Probolinggo, suasana haru masih terasa.
Di situlah tiga dari 4 bersaudara santri Pondok Pesantren Al Khoziny, Silakan Panji, Buduran, Sidoarjo, kini beristirahat setelah selamat dari tragedi ambruknya bangunan musala pekan lalu.
Mereka adalah Maulana Ibrahim Zainul Yaqin (18), M. Alvin Ramadhani (18), Zainul Hakim Muzakki (15), dan Syailendra Haikal. Keempatnya adalah saudara sepupu.
Dari keempatnya, hanya Haikal yang hingga kini masih menjalani perawatan intensif di rumah sakit Sidoarjo akibat luka cukup berat yang dialaminya.
Ia ditemukan oleh tim SAR beberapa hari pasca kejadian, dalam kondisi terjepit reruntuhan, dilindungi oleh tubuh seorang santri lain yang telah meninggal dunia dalam posisi sujud.
Sementara itu, Ibrahim, Alvin, dan Muzakki sudah pulang ke rumah untuk menjalani rawat jalan. Luka mereka mulai mengering, meski kenangan mencekam di bawah runtuhan bangunan itu tentu sulit dihapus begitu saja.
Ibrahim mengalami luka parah di pergelangan kaki kiri setelah tertimpa beton. Ia harus menjalani operasi dan dirawat tiga hari di rumah sakit. Kini, remaja yang dikenal tekun ini masih berjuang memulihkan diri dengan semangat luar biasa.
“Waktu dengar pondok ambruk, saya langsung gemetar. Tapi begitu tahu anak saya masih hidup, rasanya hanya bisa sujud syukur,” ujar Sulastri, ibunda Ibrahim, di kediamannya, Selasa (7/10/2025).
Berbeda dengan kakaknya, M. Alvin Ramadhani hanya mengalami luka ringan di kepala setelah terkena serpihan material bangunan. Ia sempat dirawat di RS Sidoarjo sebelum akhirnya diperbolehkan pulang.
Sedangkan Zainul Hakim Muzakki, sang adik, lolos dari maut karena sedang sakit dan tertidur di asrama saat kejadian berlangsung.
“Dia sempat telepon, tidak bilang kalau sakit, pokoknya minta saya datang gitu aja. Syukur alhamdulillah, ternyata sakitnya itu membuatnya selamat dari insiden musholla roboh,” tutur Zainab, ibunda Muzakki, lirih.
Meski menjadi saksi hidup dari bencana yang menelan puluhan korban jiwa itu, mereka ini kompak menyatakan niat untuk kembali menimba ilmu di Ponpes Al Khoziny setelah kondisi mereka pulih dan pihak pesantren mengizinkan.
Pemerintah Kabupaten Probolinggo melalui pihak Kecamatan Wonomerto menyatakan siap memberikan pendampingan medis dan psikologis bagi para santri korban reruntuhan tersebut. Dari wilayah ini sendiri, tercatat empat santri yang belajar di pesantren Al Khoziny.
“Kami berupaya untuk memberikan pendampingan pengobatan, pak camat sudah bersurat ke Baznas maupun Dinsos untuk bantuan pada adik-adik yang jadi korban ini,” kata Sekcam Wonomerto, Iswahyudi.
Sementara itu, tim SAR Surabaya menyebut proses evakuasi korban telah rampung pada Selasa (7/10/2025). Sedikitnya 63 korban meninggal dunia ditemukan dari reruntuhan bangunan musholla, termasuk enam potongan tubuh yang berhasil diidentifikasi.
Empat saudara asal Probolinggo itu kini menjadi simbol keteguhan dan harapan di tengah duka besar. Meski luka masih membekas, semangat mereka untuk kembali ke pesantren adalah cermin dari kekuatan iman dan cinta mereka pada ilmu. (lai/saw)