Probolinggo (WartaBromo com) – Batik Kanekrembang kembali mencuri perhatian publik internasional. Melalui pentas teatrikal Tim Batik in Motion Kota Probolinggo pada ajang World Dance Masters 2025 di Senayan, Jakarta, warisan batik khas Probolinggo itu tampil sebagai ikon visual yang memukau.
Penampilan tersebut mengantarkan tim muda ini meraih Juara 2 kategori Kabaret, mengungguli puluhan peserta dari berbagai negara.
Kompetisi yang berlangsung pada 10–12 Oktober itu mempertemukan 127 peserta internasional yang dinilai oleh juri dari lima negara, di antaranya Shane McKeever dan Fred Whitehouse (Irlandia), Jammie Robinson (Australia), Joanne Wong (Malaysia), serta Myungsik An (Korea Selatan).
World Dance Masters dikenal sebagai ruang pertemuan budaya dunia, di mana seni tari menjadi medium diplomasi kreatif lintas bangsa.
Tim yang beranggotakan 10 penari remaja tersebut menampilkan karya bertajuk “Kanekrembang, Batik in Motion”, sebuah interpretasi modern tentang filosofi Batik Kanekrembang.
Motif batik yang dikenal dengan detail flora dan simbol-simbol lokal itu ditransformasi menjadi gerak dan visual panggung yang dinamis.
Balutan kostum Kanekrembang dengan warna-warna tegas menjadi elemen paling menonjol.
Gerakan yang tersusun teatrikal menegaskan bahwa batik bukan sekadar kain, tetapi narasi budaya yang hidup dan dapat dituturkan melalui seni gerak.
Ketua Dekranasda Kota Probolinggo, dr. Evariani Aminuddin, yang hadir langsung di lokasi acara, menyampaikan apresiasinya atas capaian tersebut.
“Alhamdulillah, ini pencapaian luar biasa bagi anak-anak kita. Mereka tidak hanya membawa pulang Juara 2, tetapi juga mengangkat Batik Kanekrembang hingga dikenal lebih luas oleh masyarakat internasional,” ujarnya.
Ia menekankan bahwa karya yang dibawakan tidak hanya menghadirkan estetika gerak, tetapi juga menghidupkan filosofi batik sebagai warisan budaya yang terus berkembang.
Menurutnya, generasi muda membuktikan bahwa batik daerah mampu tampil elegan dan relevan di era global.
Tidak hanya memukau di panggung utama, Batik Kanekrembang juga menarik perhatian pengunjung mancanegara melalui Bazar Budaya yang digelar selama tiga hari.
Berbagai produk turunan batik—mulai dari busana, aksesori, hingga kriya—menjadi titik perhatian para delegasi internasional.
dr. Evariani memastikan Dekranasda akan terus memperluas promosi Batik Kanekrembang, baik di tingkat nasional maupun internasional, melalui kerja sama kreatif dan partisipasi dalam berbagai festival budaya.
“Semoga prestasi ini menginspirasi generasi berikutnya untuk terus berkarya dan menjaga martabat budaya lokal,” tambahnya.
Keberhasilan Tim Batik in Motion membawa Kota Probolinggo menorehkan prestasi baru di ranah seni pertunjukan internasional.
Lebih dari sekadar kemenangan, kehadiran Batik Kanekrembang di panggung dunia mempertegas posisinya sebagai identitas budaya yang semakin diakui.
Dengan momentum ini, Probolinggo kian mengukuhkan diri sebagai kota kreatif yang mampu memadukan tradisi, seni, dan inovasi untuk bersaing di level global. (saw)





















