GP Ansor Jatim Desak Trans7 Minta Maaf atas Tayangan yang Dinilai Lecehkan Pesantren

33

Surabaya (WartaBromo.com) — Pimpinan Wilayah Gerakan Pemuda Ansor (PW GP Ansor) Jawa Timur mengecam tayangan di stasiun televisi Trans7 yang dinilai melecehkan Kiai dan Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri.

Tayangan pada program Xpose Uncensored itu, disebut memuat narasi yang tidak pantas dan menyesatkan tentang kehidupan pesantren.

Ketua PW GP Ansor Jawa Timur, H. Musaffa Safril, menyatakan bahwa tayangan itu tidak hanya menyinggung satu lembaga pendidikan Islam, melainkan juga melukai perasaan seluruh kalangan pesantren dan santri di Indonesia.

“Ini bukan sekadar persoalan Lirboyo, tetapi pelecehan terhadap simbol keilmuan, kemuliaan, dan peran pesantren dalam menjaga moral bangsa,” ujar Safril, Selasa (14/10/2025).

PW GP Ansor Jatim meminta Trans7 untuk segera memberikan klarifikasi dan permintaan maaf terbuka kepada masyarakat, khususnya kepada Pondok Pesantren Lirboyo.

Organisasi kepemudaan di bawah naungan Nahdlatul Ulama (NU) itu juga memberikan tenggat waktu 1×24 jam bagi pihak televisi untuk menindaklanjuti permintaan tersebut.

“Kami menuntut klarifikasi terbuka dan permintaan maaf resmi dari pihak Trans7. Bila tidak segera dilakukan, kami akan menyerukan aksi boikot terhadap seluruh tayangan Trans7 sebagai bentuk protes moral,” lanjutnya.

PW GP Ansor Jatim menilai tayangan yang dipersoalkan itu tidak mencerminkan tanggung jawab etik media.

Menurut mereka, konten tersebut memuat unsur fitnah dan framing negatif yang menggambarkan pesantren secara keliru dan tanpa dasar yang kuat.

“Tayangan itu menampilkan pesantren sebagai tempat perilaku menyimpang tanpa riset, tanpa konfirmasi, dan tanpa dasar jurnalistik yang benar,” katanya.

Pihaknya juga mendesak Dewan Pers dan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) untuk menindaklanjuti peristiwa tersebut agar tidak menimbulkan keresahan di masyarakat.

GP Ansor berharap lembaga pengawas media memperkuat pengawasan terhadap program siaran yang menyentuh isu keagamaan dan pendidikan.

“Media memiliki tanggung jawab moral untuk menjaga kebenaran informasi, bukan menyebarkan stigma atau provokasi,” tegas pria asal Pulau Madura ini.

Organisasi ini menegaskan bahwa pesantren memiliki peran penting dalam sejarah dan pembentukan karakter bangsa.

Pesantren bukan hanya tempat belajar agama, tetapi juga ruang pembentukan akhlak, disiplin, dan kebangsaan. Melecehkan pesantren berarti merendahkan nilai-nilai moral Indonesia.

Safril menambahkan, langkah GP Ansor bukan didorong oleh kebencian, melainkan bentuk perlawanan moral terhadap ketidakadilan informasi.

“Ini bukan soal kebencian, tetapi upaya menjaga marwah pesantren dan menegakkan keadilan informasi,” ujarnya.

Seruan untuk Tetap Tenang dan Bermartabat

GP Ansor Jatim mengimbau masyarakat, khususnya kalangan pesantren, untuk menyikapi persoalan ini dengan tenang dan bermartabat.

Mereka juga mengajak publik untuk tetap kritis dan bijak dalam menanggapi tayangan media massa.

“Kami menyerukan kepada seluruh kader dan santri agar tetap tenang, tetapi tegas menjaga marwah pesantren dengan cara yang beradab,” pungkas Safril.

PW GP Ansor Jatim juga mengingatkan bahwa tanggung jawab media bukan hanya pada tayangan, melainkan juga pada dampak sosial yang ditimbulkan di masyarakat. (saw)

Website with WhatsApp Message
Follow Official WhatsApp Channel WARTABROMO untuk mendapatkan update terkini berita di sekitar anda. Klik disini.