‘Yakjuj Makjuj’ Makan Hutan

10

Bukan hanya dirinya, betina dan cindil alias Yakjuj Makjuj anakan, mampu menghabiskan jatah makan ratusan ribu rakyat dalam sekejap. Yakjuj Makjuj betina, bisa membeli tas seharga biaya hidup manusia sejak lahir hingga menikah. Bahkan seekor Yakjuj Makjuj anakan, sudah menjadi motivator Yakjuj Makjuj dewasa untuk menelan jutaan kubik kayu penyangga paru-paru bumi.

Oleh : Abdurrozaq

Mahmud Wicaksono menghela nafas panjang setelah meletakkan HP nya di atas meja warung Cak Sueb. Seraya meraih cangkir kopi, ia menerawang jauh. Membayangkan bagaimana ngerinya banjir Sumatera yang hingga kini belum ditetapkan sebagai bencana nasional itu.

Padahal, banjir kali ini hampir menyamai kengerian tsunami Aceh beberapa tahun lalu. Angka kematian yang dilaporkan meningkat cepat. Data terakhir, menyebut 700 hingga orang 900 wafat. Jika evakuasi terus dilakukan, jumlahnya bisa melebihi 1.000 orang. Ribuan orang hilang, ribuan lainnya terluka, dan puluhan hingga ratusan ribu sisanya, menjadi pengungsi. Tapi entah kenapa, banjir Sumatera belum ditetap sebagai bencana nasional. Para pemimpin pasti punya alasan untuk itu. Sebagai rakyat jelata yang nasionalis, Mahmud Wicaksono selalu mikul duwur mendem jero derajat dan aib para junjungannya yang begitu baik menjelang pemilu itu.

Menurut saksi mata independen alias bukan orang yang punya NIP atau akan mencalonkan diri jelang pemilu, banyak ditemukan kayu gelondongan yang ikut terbawa arus banjir. Selain hutan dimakan oleh rayap-rayap yang bisa memesan LC via aplikasi kencan, gunung, lembah dan ngarai dikeruk oleh Yakjuj Makjuj imitasi. Sebelum banjir terjadi, beberapa warga yang memeliki ilmu penerawangan mengaku pernah memergoki kawanan Yakjuj Makjuk imitasi itu. Konon, pada siang hari mereka bisa menjelma siapa saja. Kadang menjelma pengusaha tambang, pengelola hutan, bahkan bisa menjelma wakil kaum jelata. Bahkan, beberapa orang masih mengenal wajahnya yang jelang pemilu dipasang di banner-banner di pinggir jalan.

Namun konon setelah matahari turun dan alam gelap, Yakjuj Makjuj itu berubah menjadi bentuk aslinya. Ada yang menggambarkannya seperti K9, tapi kepala dan mulutnya begitu banyak. Lidahnya sangat panjang dan bercabang seperti ular. Kulitnya licin seperti belut, perutnya menggelendot hingga ke tanah. Dan sekali makan, seekor Yakjuj Makjuj bisa menghabiskan sebuah bukit dalam semalam. Mereka bisa memakan apa saja tanpa keracunan. Kayu, batu, minyak, karet, bijih besi, pasir nikel, bahkan hakim dan aktivis bisa dikunyahnya jika coba-coba menghalangi. Saking rakusnya Yakjuj Makjuj, Sumatra sudah kehilangan 4 juta hektar hutan dalam waktu dua puluh tahun terakhir.

Bukan hanya dirinya, betina dan cindil alias Yakjuj Makjuj anakan, mampu menghabiskan jatah makan ratusan ribu rakyat dalam sekejap. Yakjuj Makjuj betina, bisa membeli tas seharga biaya hidup manusia sejak lahir hingga menikah. Bahkan seekor Yakjuj Makjuj anakan, sudah menjadi motivator Yakjuj Makjuj dewasa untuk menelan jutaan kubik kayu penyangga paru-paru bumi.

Pemerintah dan aparat, akhirnya membentuk satgas untuk menyelidiki aktivitas ilegal para Yakjuj Makjuj setelah ditemukan gelondongan kayu saat banjir. Namun banyak orang pesimis. Masyarakat tahu, Yakjuj Makjuj sangat licin seperti belut dan sangat kejam. Jika kurang nyali, semuanya bisa hanya berakhir sebatas berita di media mainstream.

Cak Paijo LSM, akademisi, dan masyarakat lokal menyalahkan kombinasi rumitnya masalah. Selain pembalakan liar, ekspansi perkebunan, dan izin pertambangan, Yakjuj Makjuj memang terlalu sakti untuk dilawan. Bahkan konon, siapa pun yang sok keras pada kawanan ini, bisa berkahir tragis. Bahkan desas-desus mengatakan, banyak di antara orang-orang berkuasa yang bersekutu dengan Yakjuj Makjuj agar kekuasaannya langgeng, terpilih lagi atau setidaknya tidak menjadi tumbal.

Mahmud Wicaksono menghela nafas panjang. Tukang cukur itu tahu, demi menuju Negara Cak Manap Emas di tahun 2045, jalan satu-satunya yang bisa dijual hanyalah hutan, bahan tambang dan kekayaan alam lainnya. Rakyat negara Cak Manap masih belum siap menjual inovasi teknologi, produk digital atau alutsista. Untuk menjadi gemah ripah loh jinawi di tahun 2045 mendatang, ya harus menambang, membabat hutan, menyedot air tanah, membantai satwa, mendirikan pabrik-pabrik milik orang asing yang bahan bakunya diambil dari sini, buruh murahnya dari sini, membuang limbah dan polusi di sini, sekaligus menjual produknya di sini. Pemilik pabrik-pabrik asing itu hanya membawa pulang lempengan emas, lembaran dolar, yuan, yen atau kripto. Dan, setiap jengkal tanah air Cak Manap ini, akan beracun, mematikan dan gersang. Pada era Nabi Musa dulu, jazirah Arab masih dipenuhi pepohonan raksasa. Buktinya, bahtera Nabi Musa terbuat dari kayu. Dan kini, setelah berbagai periode Yakjuj Makjuj imitasi membuat huru-hara di jazirah Arab, yang tersisa hanya padang pasir. Sepuluh tahun lagi, negara Cak Manap kiranya tak jauh berbeda keadaannya. Sebab Yakjuj Makjuj, sedang berpesta pora di tanah pertiwi Cak Manap.

  • Turut berduka yang sedalam-dalamnya atas berbagai bencana di NKRI. Tulisan ini hanya fiksi semata.

Website with WhatsApp Message
Follow Official WhatsApp Channel WARTABROMO untuk mendapatkan update terkini berita di sekitar anda. Klik disini.