Menjinakkan Gawai Anak Sekolah, Pemkab Probolinggo Gandeng Kampus Siapkan Kebijakan Pendidikan Digital Anak Berbasis Nilai Qur’ani

9

Probolinggo (WartaBromo.com) – Kecanduan gawai pada anak sekolah tak lagi dipandang sebagai gejala individual. Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Probolinggo mulai memosisikannya sebagai persoalan struktural yang membutuhkan intervensi kebijakan.

Pemkab Probolinggo membuka ruang integrasi riset ke dalam kebijakan pendidikan daerah. Melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikdaya), pemkab mendiseminasikan hasil riset DIGIDETOX-QU yang mengkaji relasi anak dengan gawai dan internet berbasis nilai sosial serta religius.

Diseminasi riset sekaligus penandatanganan kerja sama dengan UPN Veteran Jawa Timur dan Universitas Nurul Jadid (UNUJA) Probolinggo digelar di Kantor Disdikdaya Kabupaten Probolinggo, Senin (29/12/2025).

Agenda ini menandai langkah awal pemda dalam merespons dampak penggunaan gawai berlebih pada anak usia sekolah. Serta mendorong riset DIGIDETOX-QU menjadi rujukan pendidikan digital daerah.

Kepala Disdikdaya Kabupaten Probolinggo, Hary Thahjono, menyebut bahwa tantangan pendidikan saat ini tidak hanya berkutat pada capaian akademik, tetapi juga pada ketahanan karakter anak di tengah arus digital.

“Teknologi tidak bisa dihindari, tetapi harus diatur. Riset DIGIDETOX-QU memberi perspektif bagaimana pengelolaan gawai dapat dilakukan tanpa mengorbankan nilai sosial dan keagamaan,” kata Hary.

Riset DIGIDETOX-QU didanai melalui Program Hilirisasi Riset Prioritas–SINERGI Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi. Penelitian melibatkan 20 sekolah di Kabupaten Probolinggo dengan responden 370 siswa dan 356 orang tua, mencakup wilayah pesisir, perkotaan, hingga pegunungan.

Ketua tim peneliti, Dr. Yuli Candrasari, menjelaskan bahwa hasil penelitian menunjukkan pola penggunaan gawai yang intens, khususnya pada siswa SMP. Hampir seluruh responden mengalami ketergantungan psikologis terhadap gawai, ditandai dengan rasa gelisah saat tidak mengakses layar.

“Pengawasan orang tua cenderung menurun seiring bertambahnya usia anak. Ini menjadi celah yang memperbesar risiko penggunaan gawai tanpa kontrol,” ujar Yuli.

Sebagai tindak lanjut, tim peneliti menyusun sejumlah intervensi, antara lain modul sosial DIGIDETOX, penguatan literasi sosial melalui metode CERIA, serta integrasi materi Baca Tulis Al-Qur’an dan Furudhul Ainiyah dalam pembelajaran tematik.

Rekomendasi kebijakan juga disusun dalam bentuk policy brief untuk pemerintah daerah.
Empat poin utama yang diajukan meliputi integrasi DIGIDETOX-QU dalam kurikulum karakter digital, penyusunan regulasi daerah terkait bahan ajar keagamaan, penerapan standar Sekolah Digital Sehat Qur’ani, serta riset lanjutan sebagai alat evaluasi kebijakan.

Kegiatan ini dihadiri perwakilan guru Pendidikan Agama Islam tingkat SD dan SMP, serta jajaran pembinaan pendidikan Disdikdaya. Pemerintah daerah menilai keterlibatan guru penting agar implementasi kebijakan tidak berhenti di tingkat konsep.

Pemkab Probolinggo menegaskan, riset DIGIDETOX-QU tidak dimaksudkan untuk membatasi akses teknologi, melainkan menata ulang relasi anak dengan dunia digital secara lebih sehat dan berimbang.

“Yang ingin kami bangun adalah kesadaran kolektif. Teknologi harus mendukung tumbuh kembang anak, bukan sebaliknya,” ujar Hary. (saw)

Website with WhatsApp Message
Follow Official WhatsApp Channel WARTABROMO untuk mendapatkan update terkini berita di sekitar anda. Klik disini.