Pasuruan (WartaBromo.com) – Jawa Timur masih terus diguyur hujan meskipun sudah memasuki musim kemarau. Fenomena ini menimbulkan tanda tanya di kalangan masyarakat, mengingat hujan biasanya mereda saat kemarau berlangsung.
Kepala BMKG Kelas I Juanda, Taufiq Hermawan, menjelaskan bahwa beberapa faktor atmosfer menjadi penyebab utama terjadinya hujan di musim kemarau ini. Berikut adalah penyebab-penyebabnya:
1. Pola Konvergensi
Terdapat pertemuan massa udara dari arah berbeda (konvergensi) di wilayah Jawa Timur. Pertemuan ini memicu naiknya udara ke atmosfer yang kemudian membentuk awan hujan.
2. Gangguan Gelombang Atmosfer
Dalam beberapa hari terakhir, sejumlah gelombang atmosfer melintasi wilayah Indonesia, terutama Jawa Timur, antara lain:
- Gelombang Kelvin: Gelombang atmosfer ini bergerak dari barat ke timur dan dapat meningkatkan pertumbuhan awan konvektif yang menyebabkan hujan.
- Gelombang Rossby Equatorial: Gelombang ini juga memperkuat konveksi di wilayah ekuator seperti Indonesia dan berdampak pada intensitas hujan.
- Gelombang Low: Ini adalah gangguan tekanan rendah di atmosfer yang memicu pertumbuhan awan-awan hujan secara lokal.
3. Madden Julian Oscillation (MJO)
Aktivitas MJO yang sedang aktif di wilayah barat Indonesia turut menyumbang peningkatan curah hujan meskipun secara umum telah memasuki musim kemarau. Fenomena ini memperkuat dinamika atmosfer yang menyebabkan pembentukan awan hujan di beberapa daerah.
4. Kelembapan Udara Masih Tinggi
Meski masuk kemarau, kelembapan udara di lapisan atmosfer menengah hingga atas masih cukup tinggi, sehingga mendukung proses pembentukan awan hujan.
BMKG mengimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap potensi cuaca ekstrem dan memantau perkembangan informasi cuaca melalui kanal resmi seperti aplikasi InfoBMKG dan media sosial BMKG. (jun)