Pasuruan (WartaBromo.com) – Suasana sore di Desa Lumbang, Kecamatan Lumbang, Kabupaten Pasuruan, terasa berbeda pada perayaan HUT ke-80 RI tahun ini. Bukan sekadar menggelar lomba makan kerupuk atau balap karung, warga justru menghidupkan kembali tradisi lama: Gemblidik Race Championship. Sebuah perlombaan unik yang mempertemukan adrenalin, tawa, dan kebersamaan.
Di jalan menurun sepanjang 500 meter yang menjadi arena balap, deretan glindingan kendaraan tradisional dari kayu dan bambu dengan roda ban bekas sudah bersiap. Bentuknya sederhana, panjangnya sekitar 1,5 meter, namun ketika meluncur, suara gesekan roda bercampur sorak sorai penonton membuat suasana menjadi riuh.
Sebanyak 39 peserta dari desa setempat ikut ambil bagian. Helm menjadi perlengkapan wajib, sebab lintasan turunan di Lumbang cukup ekstrem. Salah satunya adalah Eko, yang mengaku tak hanya butuh keberanian, tapi juga ketenangan hati.
“Yang terpenting itu mental. Jalurnya menantang, jadi harus berani tapi tetap waspada,” ujarnya, Minggu (17/8/2025) kemarin.
Di pinggir jalur, ratusan warga tumpah ruah. Mereka bersorak, tertawa, bahkan menjerit saat glindingan melaju kencang menuruni bukit. Bagi Yuyun Solikhati, salah satu penonton, lomba ini tak sekadar hiburan.
“Seru sekali. Acara ini bikin desa kami dikenal orang luar, sekaligus jadi hiburan bagi warga,” katanya
Namun di balik keseruan, ada kisah panjang tentang glindingan. Menurut Dimas Eka Syaputra, panitia lomba, tradisi ini sudah ada sejak era 1980-an. Dulu, glindingan dipakai untuk mengangkut rumput dari ladang. Kini, fungsinya bergeser, menjadi simbol kreativitas warga sekaligus cara melestarikan warisan desa.
“Gemblidik Race bukan sekadar lomba, tapi juga upaya menjaga tradisi asli Lumbang agar tidak hilang,” jelas Dimas. (don)