Ketua PCNU Kraksaan Tegas: Tayangan Trans7 Lukai Marwah Pesantren

78

Kraksaan (WartaBromo.com) — Ketua Tanfidziyah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kraksaan terpilih, KH Hafidzul Hakim Noer, menyoroti keras tayangan program “Xpose Uncensored” Trans7 yang dinilai merendahkan martabat pesantren dan para kiai.

Menurutnya, tayangan tersebut tidak hanya mengandung narasi yang bias, tetapi juga telah melukai perasaan warga Nahdlatul Ulama, khususnya kalangan pesantren.

“Tayangan itu jelas memojokkan dan mencederai marwah pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam. Ini bukan sekadar kekeliruan teknis, tapi bentuk ketidakpekaan terhadap nilai luhur pesantren,” ujar KH Hafidzul di kantor PCNU, Selasa (14/10/2025).

Desak Trans7 Evaluasi Internal

Kiai yang akrab disapa Nun Hafidz itu mendesak pihak manajemen Trans7 melakukan evaluasi menyeluruh terhadap sistem redaksi dan proses produksi konten.

Ia juga meminta agar video yang menyinggung pesantren diturunkan dari seluruh platform media milik stasiun televisi tersebut.

“Kami mendesak Trans7 untuk melakukan evaluasi menyeluruh dan menurunkan tayangan itu dari semua kanal publik. Tidak cukup hanya dengan meminta maaf — luka yang mereka timbulkan terlalu dalam,” tegasnya.

Minta KPI dan Dewan Pers Turun Tangan

Nun Hafidz juga mendorong Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) dan Dewan Pers mengambil langkah tegas menindaklanjuti kasus ini. Menurutnya, kejadian tersebut menjadi ujian bagi kredibilitas lembaga pengawas media.

“Dewan Pers dan KPI tidak boleh diam. Ini ujian bagi kredibilitas mereka dalam menjaga etika penyiaran dan keluhuran nilai masyarakat,” ucapnya.

Ia menegaskan, kasus ini bukan sekadar soal citra kiai tertentu, melainkan menyangkut kehormatan seluruh dunia pesantren yang telah menjadi bagian dari sejarah panjang pendidikan Islam di Indonesia.

“Ini bukan tentang satu kiai, tapi tentang kehormatan seluruh dunia pesantren. Tradisi santri menghormati guru adalah bentuk adab, bukan kemunduran,” ujarnya.

Pengasuh Majelis Shalawat Syubbanul Muslimin itu menilai, insiden ini menunjukkan kurangnya kehati-hatian media dalam menyajikan konten keagamaan.

Ia mengingatkan bahwa dunia pesantren bukan ruang hiburan, melainkan sumber nilai dan moral bangsa.

“Media harus belajar memahami konteks. Pesantren bukan sekadar tema liputan — ia adalah wajah moral bangsa. Jangan sampai ketidaktelitian redaksi melukai jutaan santri dan kiai,” ungkapnya.

Dorong Tayangan Edukatif tentang Pesantren

Sebagai langkah perbaikan, KH Hafidz mendorong Trans7 untuk membuat tayangan baru yang lebih edukatif, menampilkan nilai-nilai keikhlasan dan keilmuan pesantren.

Termasuk tentang Lirboyo dan Genggong yang selama ini dikenal sebagai pusat dakwah dan pendidikan Islam.

“Kami berharap Trans7 menebus kesalahan itu dengan menghadirkan program yang menggambarkan pesantren secara utuh dan positif,” katanya.

Ia juga mengungkapkan bahwa para alumni Lirboyo di berbagai daerah kini mulai menggalang gerakan boikot terhadap siaran Trans7 sebagai bentuk protes moral.

“Instruksi sudah kami terima dari Himasal pusat. Beberapa wilayah seperti Jabodetabek sudah mulai melakukan komunikasi langsung dengan pihak Trans7,” ungkap Wakil Ketua Himpunan Alumni Santri Lirboyo (Himasal) Cabang Probolinggo itu.

Menutup pernyataannya, Nun Hafidz menegaskan pentingnya media nasional untuk lebih sensitif terhadap nilai keagamaan.

“Kami tidak anti kritik, tapi jangan melukai. Jurnalisme harus berpihak pada kebenaran dan menghormati tradisi. Hormat pada kiai berarti menghormati ilmu,” pungkasnya. (saw)

Website with WhatsApp Message
Follow Official WhatsApp Channel WARTABROMO untuk mendapatkan update terkini berita di sekitar anda. Klik disini.