Lumajang (Wartabromo.com) – Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) kembali merilis hasil evaluasi terbaru aktivitas Gunung Semeru di Jawa Timur untuk periode 1–15 Oktober 2025. Berdasarkan hasil pengamatan visual dan instrumental, gunung tertinggi di Pulau Jawa itu masih menunjukkan aktivitas erupsi dengan intensitas yang cukup tinggi.
Dari hasil pengamatan visual, Gunung Semeru tampak jelas meski kerap tertutup kabut. Asap berwarna putih hingga kelabu teramati keluar dari kawah utama dengan tinggi mencapai 100 hingga 700 meter dari puncak ke arah barat daya dan barat laut.
Selain itu, guguran lava pijar juga masih terjadi di sektor tenggara dengan jarak luncur sekitar 500–1.200 meter dari puncak. Aktivitas tersebut terkadang disertai suara gemuruh saat terjadi letusan, meski jarang teramati secara langsung karena kondisi cuaca yang sering berkabut.
Secara instrumental, aktivitas kegempaan Gunung Semeru masih tinggi. Dalam periode dua pekan itu, tercatat 1.129 kali gempa letusan, 23 kali gempa guguran, 91 kali gempa hembusan, serta beberapa kali gempa vulkanik dan tektonik.
Hasil pemantauan ini menunjukkan adanya suplai magma dari bawah permukaan yang masih aktif, bersamaan dengan pelepasan material ke permukaan melalui letusan dan hembusan.
PVMBG juga mencatat hasil pengukuran Tiltmeter dan GPS yang menunjukkan kondisi stabil tanpa adanya indikasi peningkatan tekanan baru di tubuh gunungapi. Artinya, tekanan dalam tubuh Semeru kini relatif menurun setelah sempat meningkat pada pertengahan tahun.
PVMBG menegaskan, meski tekanan internal menurun, aktivitas erupsi dan aliran lava masih terjadi. Akumulasi material erupsi dan pembentukan scoria cone di sekitar puncak Semeru dinilai berpotensi menimbulkan guguran lava pijar maupun awan panas.
Selain itu, material guguran yang menumpuk di aliran sungai berhulu dari puncak berisiko berubah menjadi lahar dingin, terutama saat hujan lebat. Bahkan, interaksi antara material panas dan air sungai dapat memicu erupsi sekunder.
Berdasarkan analisis menyeluruh, PVMBG memutuskan bahwa status Gunung Semeru tetap berada pada Level II (Waspada). Masyarakat pun diimbau agar tidak melakukan aktivitas di wilayah rawan bencana.
Rekomendasi resmi PVMBG antara lain:
1. Dilarang beraktivitas dalam radius 8 km di sektor tenggara sepanjang Besuk Kobokan, dan 500 meter dari tepi sungai karena berpotensi terlanda awan panas dan lahar hingga jarak 13 km dari puncak.
2. Masyarakat dilarang beraktivitas dalam radius 2,5 km dari kawah karena berbahaya terhadap lontaran batu pijar.
3. Waspadai potensi awan panas, guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat.
4. Pantau perkembangan aktivitas gunung melalui aplikasi MAGMA Indonesia di Google Playstore atau situs resmi magma.esdm.go.id dan vsi.esdm.go.id.
5. Pemerintah daerah serta BPBD Provinsi dan Kabupaten Lumajang diminta terus berkoordinasi dengan Pos Pengamatan Gunung Semeru di Gunung Sawur, Kecamatan Candipuro.
PVMBG menegaskan, status dan rekomendasi ini akan dievaluasi secara berkala. Jika terjadi perubahan aktivitas yang signifikan, maka laporan pembaruan akan segera diterbitkan.
Dengan kondisi cuaca yang tak menentu dan aktivitas vulkanik yang masih berlanjut, masyarakat di sekitar Gunung Semeru diimbau tetap waspada, mengikuti arahan petugas, dan tidak percaya pada informasi yang tidak bersumber resmi. (rud)





















