Pasuruan (WartaBromo.com) – Rambut rontok sering dianggap hal wajar, terutama seiring bertambahnya usia. Namun, tahukah Bolo bahwa stres psikososial juga dapat menjadi penyebab utama rambut rontok hingga kebotakan?
Stres psikososial merupakan bentuk stres yang muncul akibat tekanan atau ancaman dari lingkungan sosial. Kondisi ini bisa disebabkan oleh rasa tertekan, kesepian, atau perasaan ditinggalkan.
Meski terlihat sepele, stres jenis ini dapat berdampak serius pada kesehatan mental dan fisik seseorang.
Apa Itu Stres Psikososial?
Stres psikososial muncul ketika seseorang merasa tidak memiliki dukungan sosial atau merasa terasing dari lingkungannya. Kondisi ini bisa menyebabkan penurunan semangat hidup, munculnya rasa cemas, hingga depresi.
Dalam jangka panjang, stres berat dapat memengaruhi sistem kekebalan tubuh dan memicu berbagai masalah kesehatan termasuk kerontokan rambut.
Hubungan Stres dengan Rambut Rontok
Saat stres, tubuh memproduksi hormon kortisol secara berlebihan. Hormon ini dapat mengganggu siklus pertumbuhan rambut, menyebabkan folikel rambut menjadi lemah, dan akhirnya menimbulkan kerontokan. Bahkan, beberapa jenis kebotakan dapat muncul akibat stres kronis.
Berikut tiga jenis kebotakan yang sering terjadi karena stres:
1. Alopecia Areata
Kondisi ini muncul akibat gangguan autoimun yang dipicu oleh stres atau masalah emosional. Pada alopecia areata, sistem imun tubuh menyerang folikel rambut sehingga rambut rontok dalam pola melingkar.
Kebotakan bisa terjadi di kulit kepala maupun bagian tubuh lain yang berambut. Hingga kini, penyebab pastinya belum diketahui, namun stres berat diyakini menjadi salah satu pemicu utamanya.
2. Telogen Effluvium
Rambut manusia normalnya rontok sekitar 100 helai per hari. Namun, saat seseorang mengalami telogen effluvium, kerontokan bisa meningkat drastis. Kondisi ini terjadi karena banyak folikel rambut masuk ke fase istirahat (telogen) secara bersamaan akibat stres emosional atau fisik.
Dalam keadaan normal, rambut rontok akan digantikan oleh rambut baru. Tetapi pada telogen effluvium, pertumbuhan rambut baru terhambat. Akibatnya, rambut tampak menipis dan lebih mudah rontok setiap kali disisir.
3. Trikotilomania
Jenis kebotakan ini berbeda dengan dua sebelumnya karena melibatkan kebiasaan menarik rambut secara berulang, biasanya tanpa sadar. Trikotilomania sering kali muncul saat seseorang merasa stres, cemas, atau tertekan.
Kebiasaan ini menyebabkan kerusakan pada batang rambut dan folikel, sehingga memicu kebotakan di area tertentu. Walaupun bukan penyakit berbahaya, trikotilomania bisa menurunkan rasa percaya diri dan kualitas hidup penderitanya. (jun)




















