Kisah si Umar, Sekolah Nyambi Ngamen karena Broken Home

752
Umar menyalami orang tua angkat yang juga kepala sekolahnya saat pulang sekolah/ Rahadian

Probolinggo (wartabromo) – Umarudin (13), bocah kelas VI SDN Soka’an 01 Kecamatan Krejengan Kabupaten Probolinggo terpaksa jadi pengamen di sela-sela kesibukannya bersekolah. Kerja yang ia jalani dari desa ke desa itu terpaksa ia lakukan karena broken home.

Kepada wartabromo.com, Rabu (20/11/2013), mengaku terpukul dengan keadaan apa yang dialaminya. Akibat keluarganya yang berantakan sejak beberapa tahun silam, ia tidak pernah lagi mendapat uang jajan maupun unang untuk keperluan sekolah. Umar pun terpaksa menjadi pengamen jalanan untuk mencari nafkah setiap harinya.

Menjadi pengamen sudah dilakukannya sejak 2012 silam. Bersama teman-temannya, keliling dari desa ke desa menjual suara paraunya. Ia juga sering mangkal di alun-alun Kraksaan demi mengumpulkan uang recehan.

Baca Juga :   Pers dan Sihir

“Saya masih sekolah tapi sering bolos karena harus ngamen,” ujar Umar saat nongkrong dengan wartabromo.com.

Biasanya ia berangkat ngamen sekitar pukul 06.30 dan pulang pada puku 18.00. Penghasilan yang didapat oleh Umar dkk. dalam satu hari mencapai  100 ribu rupiah. Uang itu harus dibagi lagi dengan teman-temannya setelah dipotong makan dan bensin.

“Sisa Rp 35 ribuan lah. Untuk makan, rokok dan bensin,” tukasnya dengan nada ceplas-ceplos khas anak jalanan.

Bocah berkulit sawo matang ini mengaku tidak pernah dilarang ibunya saat berangkat ngamen. Ibunya yang sudah lama ditinggal suaminya tidak bisa melarangnya karena himpitan ekonomi. “Tidak dilarang, ini juga membantu ibu,” ungkapnya.

Baca Juga :   Cheil Jedang Indonesia Beri Beasiswa Ratusan Siswa Berprestasi

Kehidupan memprihatinkan Umar yang sudah lebh tahun satu tahun akhirnya diketahui Kepala Sekolah SDN Soka’an 01, Basuki Hadi Sucipto. Karena merasa kasihan, Umar diangkat sebagai anak oleh sang kepala sekolah. Umar pun dikirim ke Ponpes Nurul Da’wah desa setempat.

“Saya ke rumah Umar, meminta kepada ibunya untuk di mondokan saja. Untuk biaya saya yang menanggung,”jelasnya.

Basuki memilih mengirim Umar ke pesantren agar ia mendapatkan pendidikan agama yang cukup. ”Hati dan pikiran saya merasa terbuka untuk memondokan Umar ini. Saya harap ia punya masa depan yang baik,” pungkasnya. (rhd/fyd)