Mahfud MD Bicara Politik Empat Mata dengan Pengasuh Ponpes Sidogiri

806

mahfudz-mdKraton (wartabromo) – Setelah sebelumnya Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, Prabowo Subianto berkunjung ke Pondok Pesantren Sidogiri, Desa Sidogiri, Kecamatan Kraton, Kabupaten Pasuruan. Kini giliran mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK), Mahfud MD yang berkunjung ke Ponpes tertua di Pasuruan tersebut, Senin, (24/3/2014)

“Saya datang ke sini (Ponpes Sidogiri.red), karena dipanggil oleh KH. Nawawi (pengasuh ponpes Sidogiri) untuk bicara mengenai situasi dan perkembangan politik serta prospeknya ke depan,” ujar Mahfud saat ditemui sejumlah wartawan di kediaman KH. Nawawi Abdul Jalil.

Dirinya mengaku, sempat melakukan pertemuan pribadi empat mata dengan pengasuh ponpes yang memiliki ribuan santri tersebut.

“Sekitar setengah jam saya dan beliau berada di dalam kamar pribadi beliau (KH. Nawawi) untuk membicarakan perkembangan politik sesudah 9 April. Dan oleh beliau saya juga diminta untuk menjelaskan perspektif ke depan, termasuk dengan kaitannya pencapresan pak Prabowo, pak Jokowi maupun pak Abu Rizal. Semua sudah saya ceritakan kepada beliau, mengenai perspektif politiknya seperti apa dan kira-kira aspirasi kaum nahdliyin nanti ke mana,” ujarnya.

Baca Juga :   Himbauan Larangan Melaut Tak Pengaruhi Nelayan Pasuruan

Disinggung apakah dia sudah siap untuk maju jadi capres maupun wapres mendampingi capres dari partai lain. Mahfud menegaskan, kalau dirinya belum bisa mengatakan siap atau tidak siap untuk maju sendiri sebagai capres dari PKB atau digandengkan dengan sejumlah capres dari partai lainnya. Sebab menurutnya masih ada beberapa opsi lain jika dirinya nanti maju di pilpres tersebut.

“Meskipun saya orang NU. Namun, NU itu kan partainya ada di mana-mana, tapi saya harus lewat dari satu partai yaitu PKB. Sebab kalau saya ikut partai lain kok nggak etis rasanya, karena hanya mau jadi capres saya berpindah ke partai lain. Hal inilah yang menjadi alasan saya kenapa dulu saya nggak mau ikut Partai Demokrat untuk konvensi capres PD, sebab bagi saya itu nggak etis,”ujar guru besar Universitas Islam Indonesia (UII) tersebut. (abu/yog)