Pasuruan Bukan Second City

895

Pelabuhan BangilPasuruan (wartabromo) – Didasarkan atas berbagai sumber baik prasasti, babad karya sastra maupun berita cina,Tim peninjauan hari jadi Kabupaten Pasuruan tahun 2006 telah menyakini bahwa pada masa pemerintahan Kerajaan Kalingga (674/675 M ) telah terdapat struktur pemerintahan yang kuat yang merupakan bukti awal adanya pemerintah di Pasuruan. Kata Pulokerto dan rujukan adanya nama Kraton menjadi bukti sejarah tentang keberadaannya di wilayah itu.

Mpuh Sindok yang memindahkan ibukota Pemerintahannya serta munculnya nama Pawitra sebagai cikal bakal dinasti Icana adalah fakta betapa dasar pemerintahan telah terbentuk sampai pada tingkat desa dengan adanya bukti prasasti yang masih terlihat hingga kini.

Dinasti Icana merupakan bagian dari kerajaan besar dengan struktur yang diadopsi dari penguasa sebelumnya karena memiliki struktur yang hampir sama tetapi kemudian dilengkapi oleh Mpuh Sindok dan struktur tingkat perdikan yang dipercayakan kepada pejabat dengan gelar Wahuta yang bekerjanya dibawa kepemimpinan Rakryan.

Baca Juga :   Remaja Sukses Berbisnis Klepon Buah: Rasa Melon dan Durian Banyak Diburu (2)

Pada masa itu, Mpuh sindok telah melakukan aturan agraria dengan menetapkan peraturan mulai pembebasan pajak. Pelimpahan tugas dan pengaturan yang menujukkan struktur pemerintah telah berjalan dan mulai menyentuh sampai tingkat desa.

“Semua kemudian belajar dari Pasuruan (Kerajaan kalingga dan Medang) baik Pemerintahan maupun Islam yang sudah datang ke wilayah ini pada abad ke-7,” ujar Nugraha Hadi Kusuma, Tim Peninjauan Kembali Hari Jadi Kabupaten Pasuruan pada Titik Temu.

Menurutnya, jika dilihat dari sejarahnya, Pasuruan bukanlah second city (Kota kedua) yang hanya dilintasi oleh orang untuk menuju wilayah lainnya. Pasuruan adalah sebuah Kota Kuno yang telah memiliki peradapan terdepan dibandingkan wilayah lainnya. Masyarakat Pasuruan telah mempunyai ketrampilan dalam hal membaca dan menulis, hal itu ditunjukkan dengan banyaknya petilasan kuno yang ditemukan di sekitar wilayah Pasuruan.

Baca Juga :   JPU Tolak Pledoi Dimas Kanjeng

“Pasuruan ini banyak sekali petilasan, makam kuno baik di Arjuno dan penanggungan. Itu bukti sejarah,” lanjutnya.

Selama melakukan penelitian dan kajian, Nugraha melihat sikap dendam Penjajah Belanda menjadi penyebab utama hilangnya banyak situs dan sejarah yang pernah terukir di wilayah Kabupaten Pasuruan. Kebanyakan sejarah Indonesia justru copy paste dan bersumber dari orang-orang asing baik Belanda dan Cina sementara islam kerapkali dihilangkan dari catatan mereka.

“Banyak catatan yang sengaja dihilangkan. Orang Belanda itu dendam karena mengalami kerugian yang sangat besar dalam perang melawan Untung Surapati. Kerugiannya setara dengan Perang di Aceh,” katanya.

Wilayah – wilayah di Pasuruan yang kaya akan situs budaya dan peninggalan kuno itu pun diubah menjadi lahan-lahan perkebunan tebu oleh Pemerintah Hindia Belanda melalui sistem kebijakan tanam paksa guna menyelamatkan keuangannya. Karisidenan Pasuruan bahkan pernah menjadi produsen gula terbesar di Jawa Timur.

Baca Juga :   Ngomong 'Partai Kesandung Sapi', Caleg PKB akan Kena SP

“Tugas kita semua untuk meluruskan sejarah besar Pasuruan,” tegasnya.

Nama Pasuruan sebagai nama tempat hunian masyarakat dikenal untuk pertama kali dalam kitab Nagara Kertagama karangan Mpuh Prapanca.

Tahun I daton nire pasuruhan manimpan anidul ri kapananan, anulya atut damargga madulur tikan ratha daton rin andoh wawan, muah I keduplukh lawan I hambal antya nikan pradecenitun

(Sungguh setelah sampai di Pasuruan, ia membelok ke arah selatan Kapananan, kemudian mengikuti jalan utama. Semua kereta bersama-sama memasuki Andoh Wawang dan Hambal, semua desa (yang dikunjungi) selalu diperhatikan.