Pasuruan Bukan Second City

895

Sayang, kebencian orang Belanda terhadap sejarah Pasuruan ditampakkan dengan mengejek dialek dan ejaan tulisannya sehingga kemudian diganti menjadi Passourrouang, Pasoeroeang atau Pasoeroean. Kata ini ditulis dalam sebuah buku T.J. Bezemer yaitu Beknopte Encyclopedie Van Nedelansch-Indie 1921.

“Orang belanda memang ingin menghilangkan sejarah kebesaran Pasuruan,” kata Nugraha.

Dalam bahasa sanksekerta Pa – suruh – an artinya tempat tumbuh tanaman suruh atau kumpulan daun suruh. Suruh (bahasa Jawa baru) atau sirih (bahasa Indonesia) bahasa Jawa kunonya sereh .

Selain disebut dalam Kitab Negarakertagama, nama Pasuruhan juga disebut dalam Babad Tanah Jawi dan Babad Giyanti namun dalam kitab Kakawin Sorandaka menyebut nama Sora yang daerahnya disebut dengan Pasoraan dengan batasan daerah bernama Japan dan memiliki Syah Bandar yang bernama Banger (dalam catatan Tiongkok disebut Bang-il).

Baca Juga :   Remaja Sukses Berbisnis Klepon Buah: Rasa Melon dan Durian Banyak Diburu (2)

Pada dasa warsa pertama abad ke-16 yang menjadi raja di Gamda adalah Menak Supetak. Ia adalah putra Gusti Patih Kraton Besar. Konon dialah yang disebut sebagai pendiri ibukota Pasuruan atau Kotanegara Pasuruan yang kala itu masih dikuasai oleh Narendra Agung atau Gusti Patih. (yog/yog)