Jeritan Hati si Korban Perkosaan dan Rupa-rupa Rasa Malam Lebaran

1444

Malam lebaran kemarin, Firman melek-melek hingga subuh di alun-alun. Ia pernah mendapat ijazah atau amalan dari Gus Hafidz, kalau ingin rezekinya dimudahkan Gusti Allah selama setahun ke depan, malam dua hari raya jangan tidur hingga subuh. Sebaiknya memang iktikaf di masjid sambil melakukan sholat sunnah dan dzikir, tapi kegiatan seperti itu sudah pasti menjenuhkan dan membikin ngantuk. “Tak masalah ngopi di alun-alun, asal tidak berbuat maksiat dan merusak hati.” Kata Gus Hafidz memberi arahan. Maka Firman Murtadlo yang kreatif itu, mengisi melekan dengan ngopi di alun-alun dengan niat tafakkur atau merenungi segala hal.

Dan benar, sepanjang malam hatinya menangis melihat, merasa serta merenungkan berbagai hal. Ia ngopi di trotoar depan toko kitab Al Huda 2 di selatan alun-alun. Duduk di antara tukang becak tua, penjual kacang godog serta penjual rengginang yang selama berjam-jam ia duduk, tak nampak mendapatkan pembeli sama sekali. Tukang becak seusia bapaknya itu, juga nampak seperti putus asa karena meski berkali-kali menawarkan jasa kepada para pejalan kaki, tak satupun yang membutuhkan jasanya. Kota ini terlalu penuh oleh kendaraan pribadi. Bahkan setiap rumah berisi dua hingga tiga sepeda motor, karena kredit sepeda motor memang sangat mudah di-ACC.

Baca Juga :   Ribuan Alumni Santri Sidogiri Gelar Gerak Batin Untuk NKRI

Menoleh ke kanan ia melihat para tunawisma tiduran bertikar kardus di emperan toko. Beliau-beliau itu manusia utuh juga bukan?, tentu saja diam-diam mbrebes mili melihat lalu lalang orang kebingungan hendak menghabiskan uangnya.

Dasar tukang lamun, Firman juga tiba-tiba teringat dengan saudara-sudara penghuni lapas di selatan sana. Sekali lagi, lebaran kali ini mereka tak bisa berkumpul dengan keluarga karena harus menjalankan tanggungjawab sebagai penghuni lapas. “Menumpang hidup” kepada negara bukan pilihan, bukan? Bisa jadi ada salah satu penghuni lapas itu adalah korban salah tangkap atau korban makelar hukum. Bisa jadi salah satu dari mereka khilaf menempeleng tetangga yang kelebihan pulsa dan iseng-iseng mengirim SMS mesra kepada istrinya. Bahkan bisa jadi seorang guru yang dilaporkan wali murid karena menjewer anak didiknya yang bakat menjadi berandal.

Baca Juga :   Koran Online 14 Mei : Walikota Pasuruan Divonis 6 Tahun Penjara, hingga Baliho Ucapan Prabowo Menang Sebagai Presiden Muncul di Pasuruan

Terus, bagaimana dengan para yatim dan janda (tua)? Firman tak risau terhadap nasib para janda muda karena biasanya, banyak para dermawan yang menyokong, meski bermuatan “politis”. Yatim-yatim yang belum bisa beli baju lebaran, siapakah yang semestinya menyantuni mereka?
Ada juga mungkin saudara-saudara yang terpaksa di-buron-kan atas nama integritas bangsa. Ikut pengajian lalu dicurigai sebagai calon syahid yang suka menyalakan “petasan” di sembarang tempat. Bagaimana juga getaran hati gadis desa yang dinikah oleh orang kota, yang setelah beberapa bulan hamil sang suami tiba-tiba dijemput oleh bapak –bapak dari Densus?

Keluarga korban begal yang meninggal, juga pasti tengar-tenger jika mendengar suara takbiran seperti itu. Apa salah almarhum jika tiba-tiba diantar menuju langit hanya karena mengendarai motor baru?
Bagaimana juga jeritan hati seseorang yang baru saja bercerai, padahal hari raya sudah berencana ngelencer ke sana-kemari? Hatinya pasti merintih melihat pasangan-pasangan berboncengan mesra dengan anak-anaknya yang lucu. Kehilangan dalam sekejap orang yang sangat disayangi sepenuh hati hanya karena SMS salah kirim atau memang sengaja.

Baca Juga :   Tekan Kecelakaan, Forum Lalulintas Probolinggo Perkuat Edukasi Keselamatan Jalan

Mawar, korban perampasan kehormatan oleh teman pacarnya yang mabuk, hari raya tahun lalu ia begitu ceria ngelencer ke sana-kemari dengan teman-temannya. Hari raya tahun ini ia akan mengurung diri atau wira-wiri ke kantor perlindungan anak dan perempuan atau ke pengadilan.
Para bujang yang belum juga menemukan jodoh yang pas, ketar-ketir dengan para family yang tak henti-hentinya bertanya “kapan nikah?”, rasanya ingin lebaran ditunda dua tahun lagi.