Serapan Gabah Bulog Menurun 30 Persen

680

Pajarakan (wartarbomo) – Cuaca buruk yang menimpa sejumlah wilayah di Probolinggo, berdampak pada produksi gabah. Hasil panen petani menurun, lantaran tanaman padi roboh diterpa angin kencang. Akibatnya serapan gabah oleh Badan Urusan Logisitik (Bulog) turun hingga 30 persen.

Dampak cuaca buruk di wilayah Probolinggo, salah satunya dirasakan Supa’i, petani padi asal Desa Sukomulyo Kecamatan Pajarakan. Mayoritas tanaman padi milik petani berusia 40 tahun, dilahan seluas 1 hektar roboh, lantaran diterpa angin kencang dan hujan.

Batang tanaman yang roboh membuat bulir padi rusak bahkan gabug atau hampa tanpa beras. Padahal tidak sampai sepekan lagi padi dipanen. Tidak hanya milik Supa’i, kerusakan juga menimpa ratusan hektar lahan tanaman padi milik petani lainnya.

Baca Juga :   Longsor Tak Pengaruhi Kunjungan ke Bromo

Kondisi ini berdampak pada jumlah dan kualitas gabah hasil panen. Dalam 1 hektar lahan, rata-rata menghasilkan 8 hingga 10 ton, namun panen kali ini maksimal hanya 5 ton saja.

Agar tidak menderita kerugian, petani menjual gabah kering pungut ke tengkulak atau penggilingan padi dengan harga Rp. 4.200 per kilogram. Harga ini lebih mahal Rp. 500 dibandingkan dengan harga beli Bulog yang hanya sebesar Rp. 3.700 per kilogram. “Kami jual ke tengkulak atau selep saja, lebh mahal dan gak ribet,” ujar Supa’i, Kamis (25/8/2016).

Penjualan gabah kering petani ke tengkulak berimbas pada stok gabah di gudang Bulog. Sampai Kamis ini,Bulog baru menyerap 43.000 ton gabah setara beras atau turun 30 persen dibandingkan saat masa panen pertama periode Februari – Maret 2016.

Baca Juga :   5 PSK Dijaring Polisi saat Asyik Layani "Tamu" di Villa Puncak Tretes

“Pembelian kami pada masa panen kedua ini menurun. Untuk harga pembelian merupakan wewenang pemerintah, Bulog hanya sebagai operator,” kata Kepala Perum Bulog Sub Drive VIII Probolinggo Irsan Nasution.

Saat ini, stok gabah kering aman untuk suplai beras hingga April 2017. Namun besarnya distribusi gabah ditingkat tengkulak, dikhawatirkan memicu kenaikan harga beras, utamanya menjelang hari raya Idul Adha. (saw/fyd)