Masyaallah! Tiga Santriwati Dicabuli Pengasuh Ponpesnya

1359

Gending (wartabromo.com) – Tiga santriwati di salah satu Pondok Pesantren (Ponpes) di Desa Banyuanyar Lor, Kecamatan Gending, menjadi korban pencabulan. Ironisnya, pencabulan itu dilakukan oleh pengasuhnya sendiri sejak pertengahan November tahun lalu.

Terungkapnya kasus ini setelah adanya pengakuan dari salah satu santri berinisial SA (18) asal Kecamatan Tiris, kepada orangtuanya. Ia mengaku telah menjadi korban pelecehan seksual oleh M (41), salah seorang pengasuh di ponpes dimana ia menimba ilmu.

Kepada ayahnya, SA mengatakan aksi tak senonoh itu dilakukan saat dirinya mendapat giliran piket nyapu didalam rumah. Saat menyapu itulah, tiba-tiba M datang dari belakang dan langsung memeluk dan menciumnya. Usah itu dicoba berulang-ulang meski SA menolaknya.

Baca Juga :   Warga Probolinggo Gelar Shalat Ghaib untuk Brimob

ilustrasi pencabulan

“Anak saya terus menangis ketika saya datang menjenguk dan mengirim perbekalan untuk anak saya. Dia mengadu kalau bagian sensitifnya telah diraba-raba dan disuruh telanjang serta dipeluk oleh pengasuhnya. Saya benar-benar tidak terima anak saya diperlakukan seperti itu,” ujar ayah SA Senin (13/3/2017).

Mendengar hal itu terjadi pihak keluarga pun bersepakat untuk minta penjelasan pihak Ponpes pada Rabu (8/3/2017). Keluarga juga minta pertanggung jawaban dari pihak pengurus serta pengasuh ponpes atas apa yang menimpa pada anaknya.

Ternyata ditengah proses mediasi, tak disangka muncul pengakuan dari dua santri lainnya, yakni SM (16) dan CI (14). Keduanya juga mengaku mendapatkan perlakuan tak senonoh yang dilakukan oleh tersangka yang sama. Bahkan kejadian itu dikatakan oleh salah satu korban telah terjadi sejak 11 November yang lalu.

Baca Juga :   20 September, Pasuruan Motor Cross Kembali Digelar di Sirkuit EJM SP Wong Ndeso

Ketiganya menyebut jika perlakuan tak senonoh itu dilakukan pada saat suasana rumah sedang sepi. Biasanya ketika istri dari pengasuh ponpes sedang pergi ke pasar untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari.

“Waktu itu ibu nyai sedang pergi kepasar jadi saya sendirian didalam rumah dan teman-teman yang lain kebagian piket dihalaman rumah,” SM tuturnya. (saw/saw)