Teknologi Pemanenan Selamatkan 7,3 Juta Ton Gabah

771

Kejayan (wartabromo.com) – Teknologi pemanenan yang diterapkan Kementerian Pertanian (Kementan) telah menyelamatkan gabah kering panen sebesar 7,3 juta ton sepanjang 2016 hingga April 2017. Padahal, jumlah gabah sebesar itu, sebelumnya terbuang karena penanganan cara panen yang buruk petani.

Hal tersebut setara 10,43% jumlah produksi gabah kering panen sebagaimana diungkapkan oleh Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan, Pending Dadih Permana saat panen raya jagung hibrida di Kejayan, Kabupaten Pasuruan, Selasa (9/5/2017).

“Angka itu membuat biaya produksi petani di Indonesia menjadi tinggi. Dengan teknologi pemanenan yang diterapkan Kementan RI, angka itu bisa diselamatkan dan saat ini tinggal 0,98% saja,” kata Dadih Permana.

Baca Juga :   Jeritan Hati si Korban Perkosaan dan Rupa-rupa Rasa Malam Lebaran

PicsArt_05-09-06.53.49

Menurutnya, penanganan panen sebenarnya sangat penting untuk menghitung dan meningkatkan jumlah produksi pangan selama ini.

“Dua tahun terakhir, pemerintah telah memberikan peralatan pertanian, sekitar 180.000 unit. Tapi tentu saja dibarengi dengan edukasi kepada petani dalam menguasai dan menerapkan teknologi dengan baik,” ujarnya kemudian.

Sementara itu, dengan penerapan teknologi pertanian, selain gabah kering, pemerintah sekarang ini berhasil menekan impor jagung sekitar 66% hingga 70%.

Jika sebelumnya import jagung sebesar 3,6 juta ton/tahun, pada akhir 2016 lalu, angka import jagung tercatat tinggal 900.000 ton saja.

“Dengan teknologi pertanian yang bagus, hasil panen jagung hibrida mengalami lompatan dua kali lipat. Biasanya menghasilkan 6 ton hingga 7 tonper hektar,  sekarang jadi 14 hingga 15 ton per hektar atau setara 8,8 ton per hektar  untuk pipilan,” kata Dadih. (ono/ono)