Membincang Arifin, Penghafal Qur’an yang Miliki Keterbatasan Melihat

1005

Purwosari (wartabromo) – Meski memiliki keterbatasan dalam penglihatan atau tuna netra, Arifin (36), warga Purwosari Kabupaten Pasuruan, mampu melafadz ayat-ayat suci Al-qur’an dengan baik.

Menariknya kemampuan Arifin melafadz Qur’an ini dimulai sejak kecil tanpa menggunkan brailer khusus, seperti umumnya digunakan penderita tuna netra.

“Saya belajar mengaji Al-qur’an hanya mendengar lafadz yang dilantunkan oleh guru saya, tidak dengan mempelajari huruf brailer, soalnya di tempat saya mengaji itu untuk masyarakat umum” ucapnya saat wartabromo.com menemuinya, Senin (05/6/17).

Dengan keterbatasan yang dimiliki Arifin, saat itu sang guru serta orang tuanya meminta agar Arifin menghafalkan al-qur’an.

Dengan niatan serta dorongan orang tuanya yang kuat, kemampuannya kian terasah, maka ia pun menjadi seorang Tahfidzul Qur’an.

Baca Juga :   Sebelum Meninggal Kecelakaan di Tol, Pengemudi Ayla Basuh Kaki Ibunya

“Saya menghafal al-qur’an karena ayah dan guru saya yang meminta, dan saya menghafalkan karena jika esok ayah telah meninggal dunia saya bisa mengirim ke makamnya dengan lantunan ayat-ayat al-qur’an yang fasih dan benar,” katanya.

Awal arifin menghafal al-qur’an pada tahun 1996 saat ia bermukim di salah satu Pondok Pesantren di Kabupaten Malang dan ia berhasil mengkhatam al-qur’an pada tahun 1999.

Kemudian ia melanjutkan belajar di sebah pondok pesantren daerah Kecamatan Prigen selama dua tahun dan terakhir ia melanjutkan pondoknya di bangil selama sepuluh tahun untuk melancarkan hafalannya.

“Iya, meskipun saya memiliki kekurangan tidak bisa melihat tapi saya ingin membanggakan orang tua dan saya ingin membuktikan bahwa saya bisa menghafalkan al-qur’an,” tegasnya lagi.

Baca Juga :   Tetap Jalan, OTT KPK Tak Ganggu Proyek di Kota Pasuruan

Dengan ketekunan dan kesabaran menghafal Al-qur’an, Arifin beberapa kali meraih tropi lomba-lomba al-qur’an salah satunya Musyabaqoh Hafal Al-qur’an Tahun 2012 di surabaya, ia mendapatkan juara pertama kategori 30 Juz dan mendapatkan hadiah Umroh.

“Alhamdulillah mas, saya bisa berangkat ke tanah suci dengan jalan menghafal al-qur’an,” Ujarnya.

PicsArt_06-05-12.02.47

Kesehariannya ia hanya di rumah dan di masjid menjadi seorang muadzin, tak bekerja seperti orang lain. namun jika ada undangan ‘semakan’ Al-qur’an atau Qiroah baru ia baru mendapatkan rupiah

“Mau kerja gimana mas aku kan tidak bisa melihat, cuma kalau ada yang mengundang saya untuk sema’an qur’an baru saya dapat pesangon, jadi kalau gak ada ya diam di rumah atau di masjid,”, ungkapnya.

Baca Juga :   Selain Dituntut Kompensasi, Proyek Umbulan Dituding Ganggu Belajar Siswa SDN Pleret 1

Menurut Syafi’i (62) tetangganya, Arifin adalah orang yang cerdas dan cepat untuk menghafal, ia peka terhadap suara-suara. Tapi ia di tinggal orang tuanya, ayahnya meninggal setelah ia selesai umroh, ia putra keempat, dan sekarang ia tinggal dirumah bersama kakak ketiganya yang bernama wahid.

“Arifin itu orangnya baik, loyal dan cerdas. Tapi kasihan sama dia, dia menjadi yatim piatu dan masih belum menikah hingga sekarang,” tuturnya. (ozi/ono)