Kemarau, Produksi Madu di Probolinggo Anjlok

1935

Probolinggo (wartabromo.com) – Akibat kemarau panjang jumlah produksi madu di Kecamatan Lumbang, Probolinggo berkisar 150 ton. Jumlah tersebut mengalami penurunan 63% dari tahun-tahun sebelumnya yang menembus lebih 400 ton. Tak hanya itu, jumlah peternak yang aktif juga menurun, kini hanya sebanyak 107 orang dari 240 peternak.

“Penurunan itu terjadi dikarenakan masa paceklik (kemarau) yang panjang. Banyak pohon yang tidak berbunga, utamanya berkurangnya pohon randu yang bunganya dihisap oleh madu. Sehingga sangat berpengaruh kepada produksi madu,” ujar Ali, salah satu peternak lebah madu asal Desa Lumbang.

Minimnya bunga pada kemarau panjang juga mengancam koloni lebah madu. Untuk menyiasati agar tetap berproduksi, para peternak kemudian membawa kotak berisi koloni madu ke luar daerah Kabupaten Probolinggo. Biasanya, kotak koloni madu itu dibawa ke perkebunan kopi di Jember atau Lumajang. “Kalau gak gitu, lebahnya akan mati karena kekurangan pakan. Sehingga kita juga mendapatkan madu yang dihasilkan lebah itu,” terangnya.

Baca Juga :   Waspada Difteri, IDAI Sebar Himbauan

Penurunan dengan mencatatkan 37% produksi madu itu, menjadi perhatian Camat Lumbang, Bambang Heri Wahjudi. Dijelaskan, kebutuhan madu nasional sekitar 3.500 hingga 4.000 ton per tahun, sementara peternak lebah hanya mampu mencukupi sekitar 1.000 hingga 1.500 ton.

“Industri madu ini sangat potensial, sayang belum dioptimalkan peternak lokal. Oleh karena itu 70% dari kebutuhan tersebut masih impor dari Cina, Selandia Baru, Australia dan Arab (Yaman),” jelas pria yang karib disapa Yudi ini.

Yudi menuturkan pihaknya akan menggandeng beberapa instansi dan perguruan tinggi untuk mendukung tumbuh kembangnya industri madu di wilayahnya.

Pasalnya, selain membutuhkan bantuan profesional untuk pengembangan budidaya lebah madu, hal lain yang juga menjadi sorotan adalah kian menurunnya jumlah peternak lebah.

Baca Juga :   KartaNU Ketua Terpilih PCNU Bangil Terindikasi Palsu ?

Saat ini, tercatat sebanyak 107 peternak, atau sudah berkurang jauh dari sebelumnya, yang mencapai 240 peternak.

“Kami akan mencari terobosan-terobosan agar industri ini terus berkembang, baik dari segi kualitas maupun kuantitas,” tuturnya.

Madu murni hasil peternak Lumbang biasanya dijual secara per botol atau langsung disetor ke pabrikan. Untuk botol ukuran 650 ml dijual seharga Rp. 100 ribu, 450 ml dijual Rp. 75 ribu dan ukuran 300 ml seharga Rp. 50 ribu.

Sejak puluhan tahun lalu, Kecamatan Lumbang dikenal sebagai sentra penghasil madu di Kabupaten Probolinggo. Hampir seluruh desa di wilayah perdikan Gajah Mada ini, memiliki peternak lebah madu. Madu yang dihasilkan juga termasuk salah satu madu terbaik di Indonesia. (cho/saw).