Tolak Alih Fungsi Hutan Bakau, Warga Lemah Kembar Demo

2086

Probolinggo (wartabromo.com) – Warga Desa Lemah Kembar, Kecamatan Sumberasih Kabupaten Probolinggo, menolak rencana alih fungsi hutan bakau menjadi tambak. Pasalnya, rencana tersebut dianggap bakal merusak lahan konservasi bakau yang selama ini dilindungi karena memberi kenyamanan warga pesisir.

Aksi warga dilakukan karena lahan konservasi bakau seluas 3,5 hektare di pesisir Desa Lemah Kembar, tanpa diduga-duga akan dialih-fungsikan menjadi kawasan tambak. Padahal, selama puluhan tahun warga telah memeliharanya supaya tidak terjadi kerusakan lingkungan. Apalagi alih-fungsi alam itu, hanya dimanfaatkan untuk kepentingan perseorangan.

Selain itu, selama ini lahan konservasi tersebut, menjadi tanggul alami warga dari banjir rob. Diketahui, sebelum adanya hutan bakau, banjir rob akibat air laut pasang kerap muncul.

Baca Juga :   Anggaran Senilai Rp. 1 M Tak Diserap, Panwas Pertanyakan KPUD

“Kalau banjir rob mau bagaimana. Kami juga kehilangan mata pencaharian, karena ada pembangunan ini. Biasanya kami mencari kepiting yang hidup di areal bakau, untuk dikonsumsi sendiri maupun dijual kembali,” ujar Saipah, salah satu warga.

Dalam protesnya, warga menuntut pemerintah untuk bertindak tegas dalam menangani permasalahan ini. Warga juga menilai, sertifikat tanah yang dimiliki oleh pengelola tambak, dinilai janggal. Sertifikat tambak tersebut, baru muncul dua tahun terakhir.

“Bagaimana bisa, ada sertifikat. Padahal seharusnya dikapling dahulu, baru muncul sertifikat. Lha ini, sertifikat sudah ada, tapi pengkaplingan baru saja dilakukan,” ujar Perangkat Desa Lemah Kembar, Samsul Arifin.

Warga berharap pemerintah dapat memberikan solusi terbaik untuk warga pesisir Lemah Kembar. Terutama soal penebangan mangrove, dan alih fungsi lahan konservasi menjadi areal tambak.

Baca Juga :   Bocah SD asal Krucil Mendapat Celaka di Air Terjun Guyangan

“Kami sebagai rakyat kecil juga tahu, jika memotong mangrove itu dilarang. Walaupun untuk sekedar pakan ternak. Nah ini kenapa dibiarkan, pengrusakan dan pemotongan mangrove seperti ini,” tandas Samsul Arifin. (lai/saw)