Sendirian, Walikota Pasuruan Sambangi Rumah Bocah Tenggelam di Sungai Gembong

34354

Pasuruan (wartabromo.com) – Walikota Pasuruan, Setiyono menyambangi keluarga almarhum M Ibrahim, yang ditemukan tewas tenggelam di Sungai Gembong, Minggu (25/03/2018). Setiyono, sendirian datang ke rumah bocah 10 tahun di RT 3 RW 6, Kebonjaya, Kelurahan Kebonagung itu, pada Kamis (29/03/2018) pagi.

Ia tiba sekitar pukul 08.00 WIB. Kedua orangtua Ibrahim, yakni Muhammad Muslimin (45) dan Fitri Sulistiani (42), terlihat kebingungan, seperti kaget melihat orang nomor satu di Kota Pasuruan itu, di depan rumahnya.

Selama kurang lebih setengah jam, Setiyono mendengarkan kronologi kejadian yang membuat Muslimin dan Fitri kehilangan anak keduanya. Setiyono kemudian berujar turt prihatin dengan kejadian yang menewaskan salah satu warganya itu.

Baca Juga :   Cerita Jaini, Terdakwa Kasus Begal yang Diputus Bebas

“Dari hati yang paling dalam, saya ikut berduka atas kepergian Ibra. Ini pasti di luar dugaan kita semua, karena kita tidak tahu kapan kematian akan datang. Semoga almarhum diberikan tempat terbaik di sisi Allah SWT, Insya Allah surga menantinya,” kata Setiyono di hadapan Fitri dan Muslimin.

Diungkapkannya, Sungai Gembong hampir setiap tahun memakan korban. Hal itu diketahuinya lantaran Setiyono sendiri tinggal di Margo Utomo yang lokasinya sangat dekat dengan Sungai Gembong.

“Semoga kita semuanya dalam lindungan Allah SWT. Sungai Gembong ini ada sumurnya dan tiba-tiba mengeluarkan arus yang deras. Maka dari itu, saya menghimbau kepada para orang tua untuk tidak sekali-kali membiarkan anak-anaknya bebas berenang tanpa ada pengawasan, apalagi kalau anaknya tidak bisa berenang. Malah tambah bahaya,” tegasnya.

Baca Juga :   Islam Garis Mlungker

Sementara itu, Muslimin mengaku sangat terpukul atas kepergian anak kesayangannya itu. Sang Neneklah, yakni Mahmudah (70) yang punya firasat akan ditinggal sang cucu. Diungkapkan sang nenek bermimpi melihat anak kecil yang dibawa orang bertubuh besar.

“Waktu sebelum kejadian, ibu saya mau nelpon kalau mimpi gak enak. Tapi gak jadi nelpon. Barulah pas kejadian, ibu saya nelpon kalau mimpi, Ibrahim dibawa orang besar, dan ternyata Ibra meninggal di sungai,” ungkapnya.

Ditambahkan Muslimin, sebelum dinyatakan hilang, almarhum memang berperilaku sangat baik ketimbang setiap harinya, yakni pamit (ijin) untuk bermain bersama teman-temannya.

“Biasanya gak pernah pamit. Habis sekolah main begitu saja. Nah pas hari Minggu jam 10.30 WIB, Ibra pamit mau maen. Tapi saya sudah wanti-wanti untuk tidak ke sungai. Rupa-rupanya Ibra tertarik dengan mainan perahu dari pelepah pisang itu,” beber dia kepada wartabromo.com. (mil/ono)