Tarik Wisatawan, Suku Tengger Bromo Gelar Karnaval Kemerdekaan

2841

Sukapura (wartabromo.com) – Masyarakat Suku Tengger di Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo menggelar Bromo Tengger Sukapura Karnaval, Rabu (20/8/2018) siang. Event tahunan untuk menarik wisatawan ke Gunung Bromo ini sekaligus merayakan HUT Kemerdekaan RI ke-73.

Beberapa kesenian dan pakaian adat khas Indonesia ditampilkan dalam acara ini. Mulai pakaian khas Suku Tengger dan beberapa suku lainnya. Ada juga penampilan teaterikal perjuangan pada kemerdekaan, hingga ajang ini kian semarak. Tak hanya itu, beberapa penampilan kesenian tradisional seperti tari-tarian, reog ponorogo dan lainnya pun jadi pemanis.

Ribuan warga Suku Tengger tumpah ruah di sepanjang jalan Bromo, mulai dari depan Kantor Kecamatan Sukapura hingga patung pertigaan menuju Lumbang dan Kota Probolinggo. Mereka tak menghiraukan cuaca panas, tetap menikmati serangkaian karnaval.

Baca Juga :   Mata Air Gunung Arjuna Menyusut, Kepedulian Perusahaan Diharapkan

Dukungan dari penonton, jadi lecutan semangat peserta, terdiri dari TK hingga siswa sekolah menengah atas dan Umum itu. Mereka fokus menampilkan kesenian tradisional milik Bangsa Indonesia, dalam event Sukapura Karnaval tersebut.

“Kegiatan positif ini bisa menjadi alternatif untuk mencegah anak-anak masa depan bangsa untuk tidak terjerumus ke dalam kegiatan negatif. Dimana karnaval ini untuk melestarikan kebudayaan suku tengger dan budaya Indonesia lainnya. Kami mengajak semua pelajar dan elemen masyarakat di Sukapura untuk mengisi kemerdekaan dengan kegiatan seperti ini,” kata Camat Sukapura Yulius Christian.

Sementara itu, Sesepuh Tengger Supoyo menegaskan, kearifan lokal Suku Tengger dapat menjadi filter penyebaran paham menyimpang, yang bertentangan dengan jiwa bangsa. Sebagai sesepuh, Suku Tengger, ia tak ingin budaya lokal terkontaminasi dan tergerus dengan budaya asing. “Dengan kearifan lokal inilah yang membuat kami, Camat, Kapolsek, dan Danramil atau unsur tiga pilar menjaga persatuan bangsa, termasuk mencegah paham radikalisme masuk ke Suku Tengger ini,” tuturnya.

Baca Juga :   Pemkab Pasuruan Sabet Penghargaan Penyerapan DAK Terbaik Ketiga se-Jatim

Ia menuturkan, kerukunan dan keharmonisan itu harus dijaga sesuai dengan Tri Hita Karakan, atau tiga hubungan yang harmonis. Yakni, manusia dengan tuhan, manusia dengan manusia, dan manusia dengan alam. Dengan kunci itu, Suku Tengger tetap kompak dan harmonis sampai sekarang ini.

“Selain melestarikan budaya leluhur, kami juga menjadikan hal itu menjadi sebuah kebiasaan positif. Misalnya, tetap mempertahankan kasada, pujan kasanga, tradisi lainnya. Tradisi dan budaya yang ada tengger ini akan terus dikembangkan dan dipertahankan sampai kapanpun,” terang anggota DPRD Kabupaten Probolinggo itu. (cho/saw)