Saat Kyai Mutawakkil Maknai Nama Jokowi- Ma’ruf dalam Bahasa Arab

3811

Probolinggo (wartabromo.com) – Banyak yang belum tahu jika nama pasangan Capres-Cawapres Joko Widodo- Ma’ruf Amin, mempunyai arti bagus dalam bahasa Arab. Saat berkunjung ke Pesantren Zainul Hasan (PZH) Genggong Kabupaten Probolinggo, arti nama kedua tokoh itu diungkap ke khalayak ramai.

Menurut pengasuh PZH Genggong, KH. Moh Hasan Mutawakkil Alallah, nama kedua tokoh bangsa itu, sangat bagus dalam bahasa Arab. Yaitu Joko Widodo menjadi Jaa’a (datang), Qowiyun (orang yang kuat) dan Wadudun (yang penyayang). Sementara Ma’ruf Amin menjadi Ma’rufun (yang dikenal) dan Aminun (yang terpercaya).

Kemudian kalimat itu, diulang kembali oleh KH. Ma’ruf Amin saat memberikan orasi kebangsaan. Pengulangan kalimat yang bermakna bagus itu, tentu saja mendapat tepuk tangan yang meriah dari para santri dan alumni PZH Genggong.

Baca Juga :   Karyawan Koran Sindo, Oen : Kami Mengecam Tindakan Sewenang-Wenang Manajemen

“Kalau nama mereka dialihkan kedalam bahasa arab, itu mempunyai makna yang bagus. Joko Widodo dalam bahasa Arab adalah Jaa’a Qowiyun Wadudun, artinya datang orang yang kuat dan penyayang. Sedangkan Ma’ruf Amin dalam bahasa arabnya Ma’rufun Aminun, yang artinya Yang dikenal dan yang terpercaya. Keren pokoknya,” ujar Kiai Mutawakkil kepada ribuan santri, Jumat (28/9/2018).

Kiai yang murah senyum itu, mengaku terharu mendapat kehormatan didatangi oleh KH. Ma’ruf Amin. Dari nasab keilmuan, sesepuh Kiai Ma’ruf merupakan guru dari pendiri PZH, yakni KH. Mohamad Hasan Genggong. Dimana saat menimba ilmu di Mekkah Suadi Arabia, KH. Hasan berguru kepada Syeh Nawawi Al-Bantani, yang merupakan kakek buyut Kiai Ma’ruf.

Baca Juga :   Tragedi Usum Buwuh

“Kedatangan Romo KH. Ma’ruf Amin ke Ponpes Genggong, merupakan hidayah dari Allah. Mulai dari dulu, Genggong selalu didatangi oleh orang-orang istimewa, mulai dari Pak Harto hingga yang lainnya. Tapi baru kali ini, saya berkecimpung dan langsung melayani kehadirannya beliau, karena beliau adalah guru saya,” tutur mantan ketua PWNU Jawa Timur itu.

Sementara itu, KH. Ma’ruf Amin, menolak jika ulama-ulama saat ini terkotak-kotak dalam beberapa kelompok. Ia mengatakan kondisi yang sebenarnya dipengaruhi oleh cara pandang mereka dalam melihat suatu permasalahan. “Ya tidak seperti itu. Ulama itu punya cara atau media masing-masing dalam bersikap, seperti istiharah. Tidak bisa dikatakan terpecah,” kata Cawapres nomor urut 1 tersebut. (saw/saw)