BPJS Defisit, Industri Farmasi Kurangi Volume Produksi

2134

Pasuruan (wartabromo)- Defisit keuangan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan membuat sejumlah pihak kalang kabut. Tak cuma rumah sakit yang harus menata ulang manajemen pelayanannya, kalangan industri farmasi pun terkena dampaknya.

Di Kabupaten Pasuruan, sejumlah industri farmasi menurunkan volume produksinya. Penyebabnya, mereka kesulitan membeli bahan baku lantaran tagihan obat oleh distributor kepada pihak rumah sakit tak kunjung dibayar.
Beberapa pabrikan farmasi yang terpaksa slowdown antara lain PT. MJB Pharma. Produsen infus di Desa Bakalan, Kecamatan Purwosari, Kabupaten Pasuruan ini bahkan mengurangi produksi hingga 50 persen dari kapasitas. “Kami terpaksa slowdown,” ujar A. Samsul, manager engineering kepada WartaBromo.

Samsul tidak mengetahui secara pasti sampai kapan kondisi seperti ini berlangsung. Pihaknya hanya bisa berharap agar kasak-kusuk keuangan di tubuh BPJS itu segera selesai. Kalau tidak, ya industri-industri farmasi ini susah juga,” jelasnya.

Baca Juga :   Bolak-balik Sebrangi Rel Ambil Pupuk, Buruh Tani Tersambar Tawang Alun

Penjelasan yang sama datang dari PT. Widatra Bhakti, Pandaan. Dihubungi via telepon, Kepala HRD & GA produsen infus itu mengakui hal yang sama. Bahkan, selain mengurangi volume produksi, pihaknya juga mengatur ulang jam kerja karyawan.

Sebagai gambaran, sebelum terjadi defisit, produksi dilakukan Senin-Sabtu dengan empat grup shift. Tetapi, gara-gara tagihan macet, proses produksi kini hanya dilakukan 5 hari kerja. “Sabtu dan Minggu kami liburkan,” jelas Yoyok.

Merujuk laporan keuangan BPJS akhir 2017, pelaksana program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) ini mengalami defisit hingga Rp 10 triliun. Disebutkan, dalam laporan itu, total pemasukan BPJS dari pembayaran iuran peserta BPJS mencapai Rp 74 triliun. Sementara beban pelayanan, tercatat sebesar Rp 84 triliun lebih. (asd/asd)