Ruang Puisi untuk Ibu

1267
Sebuah puisi sarat akan ketulusan di setiap katanya. Sama seperti ketulusan seorang ibu yang selalu melimpahkan kasih sayang ke anak-anaknya.

Laporan: Ardiana Putri

DI BAWAH temaram lampu taman Kota Pasuruan, beberapa orang berkumpul. Membawa secarik kertas di tangan, ada pula yang masih sibuk memilah-milah buku puisi yang disediakan Perpustakaan Jalanan Wahana Baca.

Ya, perpustakaan jalanan ini memang dirancang untuk menciptakan ruang literasi bagi siapapun yang datang ke Taman Kota Pasuruan setiap Sabtu malam. Tak hanya membaca dan pinjam buku, Wahana Baca juga beberapa kali mengadakan berbagai kegiatan, seperti yang dilakukan malam ini, Sabtu (22/12/2018).

Ruang puisi kali ini bertepatan dengan momen peringatan Hari Ibu. Bagi Rizki Amalia (23), sang penyelenggara acara, sebuah puisi, sarat akan ketulusan di setiap katanya. Sama seperti ketulusan seorang ibu, yang selalu melimpahkan kasih sayang ke anak-anaknya.

Baca Juga :   Jelang Idul Adha, Dinas Peternakan Pasuruan Terjunkan 96 Petugas

“Kami ingin mengungkapkan kasih sayang untuk ibu, melalui karya sastra yang kami baca,” ungkap perempuan lulusan sastra yang akrab disapa Re ini.

Ia juga menyumbangkan sebuah puisi bertajuk “Pulang ke Dapur Ibu”, sebuah karya dari Aan Mansyur.

“Aku ingin pulang ke dapur ibuku,
melihatnya sepanjang hari tidak bicara,
Aku ingin menghirup seluruh kebahagiaannya yang menebal jadi aroma
yang selalu membuat anak kecil dalam diriku kelaparan,” penggalan puisi Re.

Sepotong demi sepotong bait puisi tentang ibu, ia bacakan dengan suara begitu parau, hingga kian menyentuh siapapun yang mendengarnya.

Lain halnya dengan Re, Seorang ibu bernana Yati (40) yang juga bergabung dengan forum ruang puisi ini, juga menyumbangkan kata-kata indahnya. Bukan puisi yang sengaja ia ciptakan dan ia baca, namun sebuah ungkapan jiwa yang ia lantunkan tanpa persiapan naskah sebelumnya.

Baca Juga :   Rumah dan Mobil Dibakar Orang, Pasangan PNS Jatuh Pingsan

Mata indahnya berkaca-kaca, sesekali juga ia menyekanya. Semua yang hadir di sana pun terlihat terkesima.

Rintik hujan sempat menghentikan pembacaan puisi. Tentu saja mereka bergegas mencari tempat yang lebih teduh.

Ruang baca puisi inipun ditutup dengan sesi diskusi ringan. Masing-masing dari mereka mengungkapkan perasaan dan makna seorang ibu. (*)