Hujan, Harga Cabai Merah di Probolinggo Anjlok

1011

Probolinggo (wartabromo.com) – Hargai cabai merah atau lombok besar di Kabupaten Probolinggo hancur. Anjloknya harga itu dipengaruhi oleh rusaknya cabai di lahan pertanian.

Tanaman cabai siap panen itu rusak lantaran curah hujan yang masih tinggi, sejak beberapa minggu terakhir.

Harga cabai merah atau lombok besar di tingkat petani saat ini berada dikisaran Rp5.000 per kilogram. Untuk harga sebelumnya berkisar Rp15.000-20.000 per kilogram. Sementara untuk cabai hijau, dihargai Rp1.500-2.200 per kilogram. Padahal beberapa pekan sebelumnya ada di kisaran Rp8.000-9.000 per kilogram.

“Sekarang turun harganya, Rp2.200, sebelumnya harga cabai muda Rp9.000. Itu jelas merugikan petani cabai merah besar,” kata Abdul Muni, petani cabai asal Desa Randutatah, Kecamatan Paiton, Kamis (24/1/2019).

Baca Juga :   JPU Tolak Pledoi Dimas Kanjeng

Muni menuturkan rusaknya harga lombok merah, dipengaruhi oleh rusaknya komiditi musiman itu. Sebab terkena penyakit cacar buah. Tanaman cabai merah yang terserang rata-rata adalah yang berusia empat bulan. Tanaman cabai para petani memang terjangkit penyakit, batang kayu kering, layu dan daunnya bercak warna coklat, hitam. Sebagian rontok dengan bagian cabai busuk.

Menurutnya petani sudah berusaha sekuat tenaga agar tanamannya tetap berbuah dengan baik, semisal dengan menyemprotkan pestisida. Namun, usaha itu tidak banyak menolong banyak bagi petani. Malah, dengan cara itu membuat biaya perawatan tambah membengkak.

“Akibatnya, buah cabai yang sudah siap panen rusak dan petani mengalami gagal panen. Sehingga petani memilih memanen cabainya saat masih muda. Agar kerugian yang dialami petani tidak terlalu besar,” tuturnya lebih lanjut.

Baca Juga :   Putusan Pidana Presdir PT TAP Ditunda, Pekerja Demo Depan PN Bangil

Dalam kondisi normal, untuk lahan seluas 1 hektare mampu menghasilkan 7 ton dalam setiap panen. Namun, sekarang karena kena cacar hanya bisa panen 1,75 ton saja. Biasanya panen ini dilakukan dalam kurun waktu 5 hari sekali. Walau harga cabai di pasaran tinggi, tetap petani rugi karena produksi berkurang sampai 75 persen-nya. Kondisi ini ditambah dengan biaya obat dan pemeliharaannya yang semakin tinggi.

“Harapannya tolonglah pemerintah daerah kalau ada keluhan-keluhan begini turun ke lapangan, jangan duduk manis saja, turunlah ke lapangan. Harga cabai, untuk harga obat, karena harga cabai cukup tinggi karena tidak diawasi oleh pemerintah,” timpal yanto, petani cabai merah lainnya. (cho/saw)