Duka Keluarga Korban Tragedi Pembunuhan Jatigunting

1613
“Beliau pada saat itu hanya diajak oleh Pak Sya’roni tapi ayah saya akhirnya juga meninggal dengan cara yang tak mudah dimaafkan,”

Laporan: Ardiana Putri

JUMAT, 25 Januari 2019 tepat tujuh hari setelah peristiwa tragis yang dialami kedua korban pembunuhan di Dusun Krajan, Desa Jatigunting, Kecamatan Wonorejo, Kabupaten Pasuruan. Masih menyisakan duka yang mendalam bagi keluarga kedua korban.

Peristiwa nahas itu terjadi pada Sabtu, (19/1/2019) malam. Sya’roni (58) dan Imam Sya’roni (70) tewas dibunuh oleh warga Jatigunting, yang diduga merupakan guru spiritual keduanya. Esok harinya, keduanya ditemukan melepuh akibat luka bakar dan dalam kondisi terikat. Peristiwa itupun membuat warga Jatigunting geger.

Pada Minggu, (20/1/2019) Polisi menetapkan tiga tersangka atas pembunuhan itu. Di antaranya pasangan suami-istri (pasutri) M. Dhofir (59) dan Nanik Purwanti (30). Keduanya beralamat di Dusun Krajan, Desa Jatigunting, Kecamatan Wonorejo, Kabupaten Pasuruan.
Sementara, satu lainnya bernama Zainudin (30), warga Dusun Sudan, Desa Wonosari, Kecamatan Wonorejo, Kabupaten Pasuruan.

Baca Juga :   Sembilan PSK ‘Tak Bertuan’ Diamankan

Berdasarkan hasil penyelidikan polisi, terungkap fakta bahwa motif pembunuhan disebut karena M. Dhofir merasa sakit hati akibat umroh murah yang dijanjikan Sya’roni tak kunjung ditunaikan hingga hari H pemberangkatan.

Lantaran merasa kecewa sekaligus sakit hati, Dhofir memerintahkan istrinya, Nanik dan salah satu pengikutnya, Zainuddin untuk memanggil Sya’roni agar datang ke rumahnya. Pembunuhan yang sudah direncanakan itupun terjadi. Teh dan jamu dicampur racun ikan atau yang biasa dikenal sebagai potas untuk disuguhkan kepada Sya’roni yang kebetulan membawa rekannya, Imam Sya’roni. Keduanya meregang nyawa, hingga membuat Dhofir panik dan membakar mayat kedua korban tak jauh dari rumahnya.

WartaBromo mencoba menemui kedua keluarga korban. Ubaidillah (25) anak kedua Sya’roni mengungkapkan, ayahnya yang seorang guru ngaji itu dikenal baik oleh masyarakat. Ia tak menyangka jika ayahnya tersebut meninggal dunia dengan cara tak manusiawi.

Baca Juga :   Kecantol Bak Truk Gandengan, Ibu Anak Tewas Terlindas

Ia pun tak banyak bicara perihal desas-desus santet dan ajakan umroh ayahnya terhadap Dhofir yang menjadi penyebab kematian ayahnya itu.

“Sempat ramai dibicarakan kalau ayah saya mengirim santet pada Dhofir, itu saya meyakini tidak benar,” ungkapnya.

Sementara, ditemui di tempat yang berbeda, M.Sholihin (40) yang merupakan anak kedua Imam Sya’roni mengatakan, ayah kandungnya itu tidak sepantasnya meninggal dunia dengan cara tragis seperti itu.

“Beliau pada saat itu hanya diajak oleh Pak Sya’roni tapi ayah saya akhirnya juga meninggal dengan cara yang tak mudah dimaafkan,” ujar lelaki beranak tiga itu.

Sambil mengenang kebersamaannya dengan sang ayah yang kesehariannya bekerja sebagai kuli bangunan itu, Sholihin mulai bercerita. “Sabtu sore sebelum kejadian, ayah saya memang merasa tidak enak badan. Lalu dijemput oleh Pak Sya’roni untuk ke rumah Dhofir, sempat saya larang tapi akhirnya ya saya perbolehkan,” imbuhnya.

Baca Juga :   Perang Dingin, Nama Ketua Golkar Kota Pasuruan Terlupakan

Namun siapa sangka, ajakan untuk silaturahmi itu berujung maut.

Ditanya mengenai ajakan umroh yang sebelumnya diyakini menjadi penyebab pertikaian hingga menghilangkan nyawa dua korban tersebut, Sholihin meyakini tuduhan tersebut hanya merupakan karangan Dhofir belaka.

“Saya ragu, boleh ditanya siapa saja sebenarnya yang menjadi pengikut atau santrinya Dhofir, itu tidak ada,” ucap Sholihin.

Ia kemudian menambahkan, sebagai kawan ayahnya yang sudah dikenal 7 bulan ke belakang itu, Sholihin melihat sosok Sya’roni sebagai orang yang jujur. “Tidak mungkin mengajak umroh sampai menggelapkan uang 10 juta.”