Doa Lintas Agama Suku Tengger Jelang Pilpres

1938

Probolinggo (wartabromo.com) – Warga Suku Tengger Kabupaten Probolinggo prihatin jelang pelaksanaan Pemilihan Presiden (Pilpres) yang dibumbui berita palsu (hoaks). Mereka pun menggelar doa bersama lintas agama untuk keamanan, ketentraman dan kedamaian dalam Pemilu, pada Rabu (13/2/2019).

Perang hoaks di dunia maya menjelang Pemilu pada 17 April mendatang, berpotensi memecah belah bangsa. Kondisi ini, tentu sangat memprihatinkan bagi Suku Tengger yang mendiami lereng Gunung Bromo. Padahal, Pemilu Legislatif (Pileg) dan Pilpres menentukan kelanjutan Bangsa Indonesia.

Sebagai bagian dari NKRI, sekitar 1.500 warga Suku Tengger pun menggelar doa bersama di halaman Hotel Bromo Permai, Sukapura. Mereka berasal dari 3 agama yang dianut oleh keturunan Roro Anteng – Jaka Seger ini. Yakni Hindu, Islam, dan Kristen. Mereka dengan khusyuk berdoa sesuai dengan keyakinan agama yang dianutnya.

Baca Juga :   'Setia Band' Bikin Ngabuburit di Pasuruan Jadi Meriah

“Do’a antar umat beragama tersebut sangat penting sebagai bentuk silaturahmi antar umat beragama, dengan hal itu kerukunan antar umat beragama akan tetap terjaga di Kecamatan Sukapura. Dimana dihuni oleh mayoritas beragama Hindu, dan Islam, namun ada juga yang beragama Kristen,” tutur Tika Rafika Sari (25), salah satu warga.

Selain untuk kerukunan antar umat beragama, do’a bersama tersebut untuk kemaslahatan kedamaian, keamanan dalam Pemilu nanti.

“Ini mencerminkan bahwa warga lereng Bromo tersebut sangat menjunjung tinggi kerukunannya meski berbeda agama. Kami juga mendoakan Pilpres dan Pileg agar lancar tanpa huru-hara,” tambah Tika.

Anggota Komisi VIII DPR RI, Hasan Aminudin, menuturkan, bahwa baru pertama kalinya di daerah Kecamatan Sukapura diadakan do’a bersama antar umat beragama. Menurutnya hubungan yang bagus antar umat beragama akan mempererat tali silaturahmi.

Baca Juga :   Pemuda Probolinggo Nekat Curi Motor Demi Nafkahi Istri

“Ya ini kan sesuai dengan Pancasila yaitu berbeda, namun tetap satu jua. Jadi meski berbeda agama, namun tetap terjalin kerukunan antar umat beragama. Yang beragama Hindu ya berdo’a dengan caranya, yang Islam dan Kristen ya juga harus berdo’a sesuai dengan ajaran agama masing-masing. Jadi kita harus utamakan toleransi antar umat beragama, yang tidak boleh itu meniru cara berdo’a agama lain,” tutur mantan Bupati Probolinggo itu.

Kerukunan umat beragama yang dipraktekkan Suku Tengger diharapkan menjadi barometer di Indonesia. Dimana kerukunan umat beragama di kawasan wisata Gunung Bromo tersebut, sudah berlangsung sejak puluhan tahun lalu. (fng/saw)