Mendengar Tawa Ceria Bocah, Dolanan di Saung Bapetra Pandaan

1552
Di era yang apa-apa serba gadget seperti saat ini, anak-anak sudah jarang memainkan permainan tradisional. Bahkan mereka mungkin sudah asing dengan Egrang apalagi Gobak Sodor.

Laporan: Ardiana Putri

TAWA riang anak-anak lepas saat mereka menjajal berbagai permainan tradisional di Saung Bapetra. Mereka asyik berjalan ke sana kemari bermain egrang. Ada pula yang tampak terbahak-bahak saat hulahup yang mereka goyangkan di pinggul akhirnya jatuh juga ke tanah.

Kaki kanan dan kiri kompak melangkah bergantian memainkan terompa atau bakiak panjang. Di saung Bapetra, tak hanya permainan individu saja yang tersedia. Permainan yang harus dimainkan secara berkelompok pun ada.

Dari sorot mata dan lebar tawa itulah, seakan menyiratkan jika anak-anak itu jarang sekali memainkan berbagai aneka permainan tradisional.

Baca Juga :   Pembuang Bayi di Karung Pupuk adalah Seorang Janda

Di Bapetra, atau tempat Belajar Permainan Tradisional yang berlokasi di Desa Sumberrejo, Kecamatan Pandaan, Kabupaten Pasuruan ini, mereka dapat bebas mengeksplor beragam permainan tradisional yang disediakan.

Bapetra sepertinya sudah lekat menjadi tempat edukasi sekaligus melestarikan dolanan tradisional nusantara.

Anik Rotul Qori’ah (25), sang pendiri Bapetra berjuang mendirikan sebuah wadah permainan tradisional ini sejak 2013 lalu.

Ia merasa prihatin –jika tidak disebut “ngeri“-, mengetahui kondisi anak-anak di lingkungan sekitarnya malah lebih akrab bermain gadget daripada harus berinteraksi dengan lingkungan sosialnya.

Itu sudah dirasakan tatkala ia masih menempuh pendidikan di Universitas Brawijaya Malang. Nah, bersama kawan-kawannya, Anik tergerak sampai kemudian lontarkan program lestarikan dolanan atau permainan tradisional untuk anak-anak.

Baca Juga :   Ditlantas Polda Jatim Selidiki Lokasi Laka Beruntun Libatkan Mobil PJR

“Siapa yang tidak sedih melihat anak-anak berlama-lama bermain gadget tapi jarang bermain di lapangan untuk melatih motoriknya?” ungkap perempuan asli Pandaan ini.

Lulus kuliah, apa yang menjadi keprihatinan terus menggelayut. Anik kemudian memantapkan langkah pulang ke Pandaan dengan tekat membangun lembaga (wadah) dolanan bocah. Semangat menggebu itu, juga lebih karena ia tak bisa mengembangkannya di Malang, tempat ia beberapa waktu menempuh pendidikan.

Sekian tahun berlalu. Saat ini Bapetra mulai dikelola secara profesional. Lembaga PAUD, TK, SD dari berbagai daerah sudah bisa melakukan kunjungan di sana.

Tak hanya belajar dan ceria dolanan, anak-anak juga dilatih untuk mengasah kreativitasnya. Bapetra juga melatih anak-anak untuk menulis buku. Selain itu, beberapa kali juga diadakan latihan teatrikal untuk melatih kepercayaan diri anak. (*)