Tren Ujian Sekolah Berbasis Android, Antara Kemajuan dan Krisis Identitas

5514

Bukan bermaksud menvonis salah kebijakan yang sudah terlanjur dilaksanakan. Tentu hal ini bisa kita jadikan renungan. Berfikir tentang kemajuan itu adalah kewajiban. Tetapi berfikir kembali pada identitas asli sebuah institusi sekolah yang mengemban tugas negara tentu juga bukan hal yang keliru.

Dari uraian di atas tentu kita bisa mengambil kesimpulan bahwa setiap kebijakan ada sisi positif dan negatifnya. Catatan positifnya tentu perkembangan pola pikir yang modern. Namun, kita juga perlu melakukan kalkulasi dari setiap kebijakan. Banyak unsur baik atau jeleknya. Jika banyak positifnya tentu perlu kita dukung dan dipertahankan.

Namun, jika banyak mudharatnya tentu kebijakan tersebut perlu dikaji ulang. Instistusi sekolah boleh berlomba, namun tidak boleh kehilangan identitasnya. Jangan sampai kebijakan ujian menggunakan Android ini malah mengajari siswa untuk berfikir konsumtif, tidak bisa memahami kemampuan diri dan keluarganya.

Baca Juga :   Masuk Ajaran Baru, Pemkot Masih Berlakukan Belajar Dari Rumah

Membentuk manusia-manusia sombong karena pamer handphone yang paling canggih. Menciptakan persaingan yang tidak sehat. Memicu adanya tindakan kriminal. Ada satu hal lagi yang tak kalah pentingnya yaitu sekolah tak lagi mementingkan kualitasnya tetapi lebih mementingkan mencari image dan popularitasnya.

Sekali lagi, ini adalah sudut pandang yang mencoba mengajak kita untuk berfikir bijak dengan segala efeknya. Berusaha kembali pada tugas sebagai pendidik di antaranya adalah membangun karakter bangsa yang sesuai dengan unsur budaya dan religi tanpa alergi dengan mengikuti segala perkembangan teknologi dan globalisasi.

Semangat terus pendidik dan dunia pendidikan menuju perkembangan!

___________

*Penulis masih aktif mengajar di SMK Negeri 2 Kota Pasuruan