Imbas Anomali Cuaca, Petani Apel Tutur Gagal Untung Besar

1969

Tutur (WartaBromo) – Momentum Lebaran seharusnya menjadi kesempatan bagi para petani apel di Tutur, Kabupaten Pasuruan meraih untung besar. Pasalnya, banyaknya permintaan apel saat ini membuat harga komoditas andalan kabupaten itu sedang tinggi-tingginya.

Sayangnya, peluang untuk meraup untung itu tak bisa terwujud. Sebabnya, anomali cuaca yang berlangsung beberapa waktu lalu membuat stok apel menipis. Di area perkebunan, apel-apel milik petani bahkan baru memasuki musim berbunga.

Heri Subhan, ketua kelompok tani Citra Alam asal Desa Andonosari, Kecamatan Tutur mengakui, saat ini harga apel memang sedang tinggi-tingginya. “Tapi ya percuma. Petani tidak bisa mengambil manfaat karena barangnya tidak ada. Apel di perkebunan juga tidak ada,” katanya.

Baca Juga :   33 ASN Kabupaten Probolinggo Absen Di Hari Pertama

Sebagai gambaran betapa apel tengah pada posisi bagus, kata Heri, saat ini harga apel per kilogramnya mencapai Rp 13-15 ribu. Harga itu melonjak 500 persen bila dibanding tiga atau empat bulan silam. Saat itu, apel ‘hanya’ dihargai Rp 3 ribu setiap kilogramnya.

Heri menjelaskan, jika sesuai kalender, saat ini sejatinya masih terhitung masa panen raya. Tetapi, anomali cuaca yang ditandai dengan musim hujan yang lebih lama dari biasanya membuat tanaman apel banyak yang gagal panen. Imbasnya, stok apel menipis. “Padahal sekarang sedang naik-naiknya harga,” kata Heri.

Wilayah Tutur, memang menjadi sentra tanaman apel. Dengan hamparan area tanam yang mencapai 2 juta hektare, Tutur disebutkan termasuk satu dari 5 perkebunan apel terbesar di Asia Tenggara.

Baca Juga :   Pekan Depan, Pawai 1087 Tumpeng Apel Digelar di Nongkojajar

Selain Tutur, Batu sebelumnya termasuk daerah dengan komoditas apel. Tetapi, konversi lahan yang berlangsung dalam beberapa tahun terakhir membuat lahan apel di wilayah itu kian menyusut.

“Dulu memang ada Batu dan juga Poncokusumo, Malang. Tapi, sekarang sudah makin habis. Tinggal di Tutur ini yang masih tersisa,” jelas Heri. Itu pun, lanjut Heri, para petani harus rajin bersiasat lantaran kondisi cuaca yang kerap tidak menentu. (asd/asd)