Badai Pasir Landa Bromo

1045

Probolinggo (wartabromo.com) – Wilayah kaldera Gunung Bromo di Probolinggo dilanda badai pasir. Debu dan pasir yang beterbangan membuat jarak pandang terhalang. Material vulkanik ini pun mengancam kesehatan pada wisatawan.

Sejak 2 hari terakhir, kaldera atau lautan pasir Bromo dilanda angin kencang. Angin berdebu bertiup kencang di area kaldera Bromo yang memiliki luas kurang lebih 6.290 hektar. Badai pasir ini sangat menganggu aktivitas wisatawan lokal maupun asing, yang turun menikmati indahnya lautan pasir. Terlebih bagi pengunjung di siang hari.

“Kalau dari cemoro lawang tidak terasa, apalagi kita naik mobil. Tetapi saat turun, langsung debunya terasa di mulut. Beruntung saya membawa masker,” kata Diah Ekawati, salah satu pengunjung Bromo, Senin (29/7/2019).

Baca Juga :   Emak yang Viral Bakal Diberi 50 Durian Gratis hingga Warga Rebutan Minyak Goreng di Swalayan | Koran Online 17 Feb

Terjangan badai pasir ini, tak hanya terjadi di lautan pasir saja. Melainkan di puncak Bromo dan tebing di kawasan konservasi itu. Beruntung, badai pasir ini hanya berlangsung di siang hari. Pada sore dan malam, badai ini berhenti seiring melemahnya angin.

Pihak Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) mengakui adanya badai pasir ini. Bahkan sudah bertiup sejak awal Juli lalu, seiring mulai memasuki musim kemarau. Pengunjung pun dihimbau untuk memakai masker, kacamata dan topi saat berkunjung. Agar terhindar dari paparan material vulkanik yang dibawa angin.

“Awal Juli mulai cenderung kering. Karena itu, kami menghimbau kepada para pengunjung untuk membawa peralatan pendukung. Semisal topi, kacamata dan masker. Untuk menghindari material vulkanik yang keluar dari magma mengandung silica terhirup oleh tubuh kita. Karena bisa menyebabkan gangguan penyakit ispa (infeksi pernafasan), maka harus bermasker,” ujar Kepala Seksi Pengelolaan Wisata Wilaya I TNBTS, Sarmin.

Baca Juga :   Diadang Polisi, Warga Gading Kabur Tinggalkan Bahan Peledak dan Motor

Badai pasir merupakan siklus tahunan yang terjadi saat memasuki puncak musim kemarau. Untungnya badai pasir ini jauh dari pemukiman warga. Sehingga tidak berimbas pada aktivitas warga Suku Tengger. (cho/saw)