Hiu Tutul Akhirnya Terbebas Dari Kanal PLTU Paiton

1287

Probolinggo (wartabromo.com) – Hiu Tutul atau Hiu Paus (Whaleshark) yang terjebak di kanal PLTU Paiton Probolinggo akhirnya berhasil dievakuasi ke Selat Madura pada Kamis, 19 Sepetember 2019. Dengan cara dijaring dan dipindahkan menggunakan alat berat.

Sejak pagi hari, tim evakuasi dengan anggota 53 orang mempersiapkan jaring khusus berukuran 4 meter dengan panjang 6 meter. Jaring ini kemudian dibawa ke lokasi Hiu Paus di kanal unit 2. Jaring berbentuk segiempat dengan gagang besi 4×4 meter, lantas diapungkan di dekat hiu.

Ketika berada di dekat hewan raksasa tersebut, jaring ditarik. Hiu pun masuk dalam perangkap, sekitar pukul 13.00 WIB. Operator alat berat (crane) dengan sigap mengangkat jaring dan membawa ke mulut kanal sejauh 1 kilometer. Hiu tersebut lantas diturunkan agar tidak kepanasan dan mendapat asupan oksigen.

Baca Juga :   Hiu Tutul Kembali Terjebak di Kanal Air PLTU Paiton

“Hiu Paus berhasil dievakuasi menggunakan jaring khusus. Penangkapan dilakukan secara ramah,” ujar ketua tim evakuasi Letkol Inf. Imam Wibowo saat memberikan keterangan pers di komplek PLTU Paiton Probolinggo, Kamis sore.

Di pintu utama kanal sudah menunggu anggota TNI dengan perahu karetnya. Selanjutnya petugas mengikatkan tali pada jaring berisi Hiu Paus yang masih anakan itu. Dengan menggunakan 2 perahu karet dan perahu nelayan, jaring ini ditarik tengah Selat Madura. Pada jarak 3 mil dari garis pantai, hiu dilepasliarkan pada pukul 14.00 WIB.

“Pada saat dilakukan pelepasan, secara visual Hiu Paus terlihat masih berada dalam kondisi sehat, segar, dan aktif. Dalam proses evakuasi ini, aspek-aspek kehati-hatian dan prinsip kesejahteraan hewan (Animal Welfare) selalu diperhatikan,” jelas Dandim 0820 Probolinggo ini.

Baca Juga :   Hiu Tutul Dongkrak Wisatawan Pantai Duta

Imam mengatakan ada 3 kendala selama proses evakuasi hiu dengan nama latin Rhincodon Typus itu. Pertama peralatan yang kurang memadai. Kemudian arus air di kanal yang sangat kuat, sekitar 0,8 meter per detik. Serta kondisi pemakan plankton yang merupakan spesies ikan terbesar, masih sehat.

“Alutsista kami tidak bisa masuk ke kanal, yang kedua, kondisi arus sangat deras karena ada tujuh penghisap mesin pendingin. Sehingga kita harus mensejajarkan jaring dengan laut dengan teknik tertentu,” tandas pria kelahiran Jakarta ini. (cho/saw)